Inilah kenyataan dalam kehidupan kita: beban kerja meningkat, hubungan asmara memburuk, komunikasi dengan keluarga tak harmonis, ekonomi gonjang-ganjing, atau sobat kena PHK?
Wah, pastinya kondisi ini amat membuat batin kita tertekan. Perasaan lebih sensitif, emosi meningkat, jiwa labil, jantung berdebar, akibatnya... susah tidur.
Jangan kuatir, obatnya ternyata mudah! Para psikolog Amrik mengatakan musik dan berlibur atau bersantai merupakan solusi untuk mengatasi stres.
Tapi sekarang, mereka juga percaya, bahwa ternyata menulis juga dapat menurunkan tekanan stres, bahkan membuangnya jauh-jauh. Dengan menulis, seluruh emosi negatif akan keluar, dan tekanan akan hilang dengan sendirinya.
Penulis blog ini mencoba mencari beberapa sumber. Ternyata ini pun diakui pula oleh psikolog UI, pak Sartono Mukadis. Menurutnya, menulis dapat membuang energi negatif. Menulis itu semacam terapi diri sendiri, berupa kesengajaan untuk membuka diri dan membuang masalah," katanya tuh.
Kenapa bisa begitu? Ternyata, di saat menulis, kita akan menumpahkan segala beban kita. Ini sebenarnya sama dengan curhat, cuma sifatnya lebih pribadi, dan tentu, lebih terbuka dan jujur. Nilai terbuka dan jujur inilah --karena kita menulis dan tak ada seorang pun yang akan mengetaui apa yang kita tuliskan, entah itu kemarahan, caci maki, kejengkelan pada atasan-- yang membantu mengurangi beban kita. "Ada semacam efek kataris dari proses menulis itu," tambah Sartono.
Namun yang harus dilakukan oleh penderita stress adalah, jangan sekali-kali menulis yang terencana. Tulis saja apa yang sobat pikirkan, yang dialami, atau sesuatu yang mengganjal pikiran sobat. Pokoknya tulis saja apapun yang ingin sobat marahkan atau tumpahkan. Jangan pernah berpikir bahwa tulisan itu akan baik atau akan dikirimkan ke sebuah penerbitan. Jika ini terjadi, maka bisa jadi ini akan menambah stres.
Tulislah apa yang ingin sobat ungkapkan sebebas-bebarnya, dan... lihat saja, sobat akan merasa plong, pikiran 'mumet' hilang, dan stres pun pulang. Amin.