Allah menurunkan cincin Nabi Sulaiman a.s. pada hari Asyura. Sebabnya adalah, bahwa Allah swt telah menempatkan Adam di surga dan memakaikan cincin kehormatan kepadanya. Allah berfirman kepadanya,
“Wahai Adam, ini adalah cincin ikatan janji-Ku. Jika kau melupakan janji-Ku, wahai Adam, maka lepaslah cincin itu, kemudian pasangkanlah di tangan para nabi-nabi-Ku yang tidak melupakan janji-Ku, dan wariskan kepada mereka kekhilafahanmu!”
Mendengar hal ini, Adam terhenyak, “Wahai Tuhanku, siapakah nabi yang Engkau maksudkan untuk kuwarisi kekhilafahanku?”
Allah menjawab, “Anakmu Sulaiman. Aku telah melindunginya dari usia tua dan Aku menjadikannya sebagai perumpamaan bagi pembangkangan anak-anakmu yang telah melakukan kerusakan di seluruh pelosok bumi dan menganggap diri mereka raja diraja!”
Adam lalu mengambil cincin itu dan mengenakannya. Cahaya yang terpancar dari cincin tersebut menerangi seluruh pepohonan surga dan membuat para bidadari tertawa gembira. Bahkan perbendaharaan langit pun merunduk, ingin menyaksikan cincin tersebut saking takjub karena keindahannya yang tiada tara. Maha suci Allah yang telah memuliakan dan memilih Adam as sampai ia melanggar perintah Allah dan melupakan janji-Nya, sehingga cincin itu pun terbang dari jarinya jemarinya.
Cincin itu hinggap di salah satu tiang ‘Arsy. Allah lalu membuatnya dapat berbicara, “Wahai Tuhanku, ini adalah Adam yang telah menolakku, sementara Engkau telah mensucikanku karena Adam dan menggolongkanku sebagai ahli kesucian.”
Allah swt menjawab, “Tenanglah, Aku akan menyerahkanmu kepada orang yang Kami selamatkan dari ketuaan dan Kami muliakan ia karenamu, dan takkan ada seorang pun yang akan mengabaikan dirimu lagi!”
Ketika Allah telah menganugerahi Sulaiman as. khilafah dan kekuasaan, Allah ingin agar hamba-Nya itu melihat kuasa-Nya. Allah pun menjadikan kehormatan dan kekuasaan Sulaiman melalui cincin itu. Allah lalu mengirimkannya kepada Sulaiman di hari Asyura, tepatnya di pagi hari Jum’at saat Sulaiman tengah berdiri di mihrab, sementara di belakangnya ada dua belas kelompok muridnya. Di setiap kelompok ada sekitar dua belas ribu ulama, ahli hikmah, para hakim, ahli taurat dan zabur, serta ahli kitab-kitab suci, kecuali orang-orang Baranis dan Akakiz. Seluruhnya dipayungi oleh ribuan burung di atas kepala mereka. Ketika Sulaiman tengah membaca Zabur, tiba-tiba Jibril memanggilnya.
Jibril lantas mengucapkan salam kepada Sulaiman, sambil berkata, “Ini adalah hadiah dari Allah untukmu. Ambillah cincin ini dan kenakan di jarimu!” Sulaiman lantas bersujud kepada Allah mengucap rasa syukur kepada Tuhan semesta alam. Di belakangnya pun para pengikutnya turut bersujud dari pagi hingga petang hari untuk mengagungkan Allah dan memuji-Nya.
Ketika Sulaiman mengangkat kepalanya, ia naik ke atas singgasananya dan menghadap ke arah manusia. Ia lalu mengangkat cincin tersebut, hingga cahayanya mengkilap seperti sambaran kilat, “Ini adalah cincin yang di dalamnya Allah menghimpun segala kekuasaan dan kedudukanku, serta mengutamakanku atas alam semesta. Ini adalah cincin ketaatan yang tidak boleh disentuh kecuali oleh orang yang mulia, bertakwa dan suci!” kata nabi Sulaiman.
Mereka lantas berkata, “Kami taat kepadamu, karena kaulah yang mulia, bertakwa, suci dan terpercaya.”
Di salah satu sudut cincin itu tertulis kalimat, “Aku adalah Allah Yang Maha kekal.”
Di sisi yang lain, “Aku adalah Allah Yang Maha Hidup dan Mengatur.”
Di sudut ketiganya, “Aku adalah Allah Yang Maha Perkasa dan tak satupun yang lebih perkasa dari-Ku, dan perkasalah orang yang kukenakan kepadanya cincin ini!”
Dan di sudut keempatnya tercatat ayat kursi yang dikelilingi dengan kalimat, “La Ilâha illallâh Muhammad Rasulullâh, penutup para nabi.”