Sobat masih ingat masa-masa kecil saat orang tua kita melemparkan pertanyaan-pertanyaan, tebak-tebakan, atau teka-teki? Oh rupanya, orang tua kita sedang memberikan asupan vitamin yang berharga untuk otak kita. Padahal, selama ini tebak-tebakan, teka-teki atau semacamnya, dianggap sepele dan seolah sebuah aktifitas yang tak ada gunanya!
Sobat tidak percaya? Ini kata profesor, lho.
Kesimpulan bahwa teka-teki atau puzzle itu dapat meningkatkan kecerdasan kognitif itu diungkapkan oleh Prof. Dr. Astini Su'udi, guru besar Universitas Negeri Semarang (Unnes). "Dengan teka-teki kita dapat melatih anak balita untuk mengingat-ingat, berimajinasi, dan menyimpulkan," katanya.
Contohnya, anak usia tiga tahun diberikan teka-teki seperti "ada binatang rupanya seperti buaya tetapi kecil sekali dan sering terlihat di dinding, binatang apa itu?"
Si anak akan membayangkan dan mengingat-ingat sesuatu yang tidak ada di hadapannya dan hanya pernah dilihatnya dalam gambar, lalu ia akan mencari-cari sesuatu yang lain yang mirip dan pernah dilihatnya secara langsung.
"Dengan tambahan informasi lagi, dia diajak untuk membayangkan ciri seekor binatang yang ditanyakan," katanya. Proses berpikir itulah yang dapat menyumbang peningkatan kecerdasan kognitif.
Astini mengatakan, teka-teki itu dapat ditingkatkan kesulitannya sesuai tingkatan umur manusia. Untuk melatih anak-anak, mereka bisa juga diajak untuk membuat teka-teki sendiri untuk orang dewasa.
Menurut Astini, permainan teka-teki dan sejenisnya, bahkan "plesetan kata" sekalipun sebenarnya bukan sekedar sarana bermain tetapi juga sarana pembelajaran yang dapat meningkatkan imajinasi dan kreativitas dan berpikir logis.
Ia mengatakan, ciri perkembangan kognisi anak sebenarnya bisa diamati jauh sebelum dia berusia 18 bulan dan ada kemampuan yang setingkat lebih tinggi dari kemampuan produksi atau resepsi yang telah dikuasai anak, yaitu kemampuan merampat (menggeneralisasi).
Dalam merampat, katanya, seseorang harus memiliki kemampuan memahami dan mengenali tidak hanya satu objek tetapi minimal dua, yang mengandung kemiripan. Lebih dari itu, ia harus tahu ciri-ciri khas objek tersebut untuk selanjutnya menarik simpulan dari data yang dipersepsinya.
"Dari langkah-langkah yang harus dikuasai orang untuk merampat, jelas terlihat bahwa merampat membutuhkan bukan saja pemahaman, tetapi juga kemampuan menyimpulkan."
Ayo coba biar lebih 'pinter', coba sobat tebak, vitamin apa yang bisa mencerdaskan otak? :)