Perancis itu terlalu 'bersemangat' menghancurkan ISIS. Padahal, jangan lupa Perancis ada hubungan emosional dengan Syria.
Dulu, setelah Perang Dunia kedua, Syria berada pada 'protektorat' Perancis, sementara Irak dan Yordania di bawah Inggris (politik 'bagi-bagi kapling'). Budaya Perancis itu sangat besar pengaruhnya di Syria, jadi memang ada hubugan emosional politik antara Syria dengan Perancis, tapi Perancis berapi-api betul mencoba menghancurkan ISIS. Rusia yang juga punya kepentingan di wilayah itu baru memulai baru-baru ini, juga luar biasa serangannya kepada sasaran-sasaran di Syria untuk menghajar ISIS sedemikian rupa.
Nah, sekarang ini ISIS menjawab dengan serangan membabi buta. Serangan yang magnitude-nya sangat besar, saat pesawat Airbus dihancurkan, dan enam sasaran sekaligus hanya dalam beberapa jam saja. Seakan-akan mereka mengatakan, "kalian jangan main-main dengan kami".
Benar, ISIS seakan ingin menunjukkan kepada Perancis, kepada Rusia, dan tentu saja Inggris dan Amerika. Makanya yang sekarang sangat panik itu Inggris dan Amerika. Amerika relatif lebih aman, karena jaraknya jauh, sedangkan Perancis adalah bagian dari Uni Eropa yang perbatasannya tidak terlalu ketat dibandingkan Amerika.
Dan Perancis lebih gampang disusupi oleh orang-orang ISIS. Satu hal lagi yang menarik dan perlu dicatat, lebih dari seribu orang Perancis datang ke Syria dan Irak untuk bergabung dengan ISIS dan uintuk berperang bersama-sama dengan ISIS. Jika orang-orang itu balik lagi ke negaranya, maka tidak begitu mudah mengidentifikasi mereka: apakah mereka memang benar-benar asli Perancis, orang timteng, orang arab yang gabung ke ISIS, atau orang Perancis yang gabung ke ISIS, atau warga negara biasa seperti yang lainnya.
Berita terakhir dikabarkan, bahwa diantara jenazah pelaku teror ditemukan paspor berkebangsaan Syria. Saya tidak tahu apakah itu paspor tersebut benar-benar milik pelaku teror atau 'issued by intelligent' untuk makin menunjukkan bahwa ini asalnya dari Syria. Kita tidak tahu, sampai saat ini orang-orang itu 'orang apa', orang Perancis yang masuk Islam kemudian pergi ke Syria, atau orang Timur Tengah yang datang dari syria? Kita tahu orang Timur-Tengah dengan jumlah terbesar bermukim di Perancis.
Sulit bagi Perancis untuk memilah-milah mana warganya yang 'terkontaminasi' ISIS, dan mana yang sama sekali tidak terlibat. Lebih dari seribu orang Perancis, ada 5 juta penduduk Islam pada umumnya yang datang dari Timur Tengah dan Afrika Utara, terutama dari wilayah-wilayah yang dulu pernah ada hubungan dengan Perancis. Nah, itu sangat sulit.
Haruskah kita percaya pada laporan intelijen? Saya kira bisa dikatakan kita percaya pada intelijen jika intelijen itu hebat. Apa kurang hebatnya Amerika, World Trade Center hancur, apa kurang hebatnya 'Secret Security Service' Amerika, toh presiden Amerika bisa ditembak. Kennedy adalah contohnya, dari puluhan tahun lalu hingga detik ini belum pernah terungkap siapa di balik penembakan, siapa pelakunya, siapa dalangnya. Jadi kita tidak mungkin bisa "taken for granted" terutama di wilayah seperti Eropa khususnya Perancis, yang pintu masuknya begitu banyak, yang dengan mudah, misalnya tidak dikontrol oleh Perancis saja. Anda dapat pergi ke Cheko misalnya, anda bisa ke tol tidak perlu melalui security Perancis. Tidak ke perbatasan.
Jadi saya ingin katakan, kita tidak perlu konsentrasi untuk melihat bagaimana ISIS bisa mendemonstrasikan eksistensi dirinya.
Apakah Indonesia akan mengalami peristiwa seperti halnya yang terjadi di Perancis sekarang ini? Saya kira bisa saja. Meskipun Indonesia bagi ISIS tidak begitu penting barangkali, tetapi orang Indonesia yang ada di ISIS mungkin akan menunjukkan kepada orang ISIS non-Indonesia bahwa mereka bisa menunjukkan kemampuannya untuk menyerang Indonesia. Tanah air kita ini berpenduiduk mayoritas Muslim, paling banyak di seluruh dunia. Kita selalu waswas, meskipun mereka tidak ada kepentingan, Indonesia juga tidak melakukan pengeboman ke arah ISIS, kita juga tidak mengirimkan senjata dan amunisi ke musuh-musuh ISIS, tapi bukan hal yang mustahil orang Indonesia yang gabung dengan ISIS itu ingin membuktikan bahwa mereka mampu melakukan sesuatu di mata anggota-anggota ISIS.
Saya kira, kasus Perancis adalah pembelajaran yang sangat berarti bagi Inggris dan Amerika, dan karenanya mereka terlihat mulai ketar-ketir. Bandingkan saja dengan Jerman. Kita tidak pernah dengar bahwa Jerman akan menyerang ISIS, mengirimkan senjata untuk memerangi ISIS, atau mengirimkan prajuritnya untuk menghadapi ISIS. Oleh karena itu, tidak cukup alasan bagi ISIS untuk menjadikan Jerman sebagai sasaran teror mereka. [TM]