Kapolres Cianjur AKBP Asep Guntur Rahayu layak diacungi jempol. Beliau tak sekedar jadi polisi penegak hukum namun memang jadi pelayan penduduk. Seperti langkahnya yg menopang pasangan keluarga miskin
Iyah (33);
Andun Suherman (45), pun tujuh anak perempuannya yg tetap kecil-kecil.
Guntur turun tangan menunjang sebab mendengar dari temannya, ada seseorang ibu yg memasak batu di Cianjur dikarenakan anaknya merengek kelaparan. Batu itu dimasak cuma buat menunggu putrinya tidur. Ibu itu Iyah & anak-anaknya.
Guntur yg dikenal agamis ini terenyuh sampai turun memberikan pertolongan. Guntur tidak cuma memberikan pertolongan urusan makanan, tapi ia juga membangun rumah. Saat ini keluarga Andun tinggal di sebuah gubuk reyot di tanah milik orang lain. Sampai akhirnya dengan pendekatan Guntur, si pemilik tanah merelakan sebidang mungil tanahnya bagi Andun.
Pemilik tanah memperoleh imbalan tanahnya disertifikat semua oleh Guntur. Dalam tugasnya tersebut, Guntur dibantu Kepala Badan Pertanahan Nasional Cianjur beserta beberapa donatur yg dengan turut ikhlas mengulurkan pertolongan.
Apa yg dilakukan Guntur serupa dgn kisah Umar bin Khattab, khalifah yg mengambil gandum buat ibu yg memasak batu utk anaknya yg kelaparan.
Kisah Umar itu sangat populer; tidak sedikit jadi panutan bagi para pemimpin setelahnya. Umar benar-benar dikenal juga sebagai khalifah yg amat sangat teramat memperhatikan rakyat.
***
Pada zaman itu, tengah terjadi musim paceklik.; Umar tak tinggal diam, terkecuali tak makan makanan yg enak seperti daging dan susu sampai ada rakyatnya yg tak kelaparan.
Umar pun rajin berkeliling menyaksikan keadaan rakyatnya, kalau ada yg kekurangan makanan dirinya serta-merta mengirimkan bahan makanan dari gudang.
Sampai pada suatu waktu di tengah malam, Khalifah Umar ditemani sahabatnya, kembali melaksanakan penyamaran; blusukan ke perkampungan penduduk. Di sebuah tenda, ia mendengar rengekan anak bocah, dan seorang ibu yg sedang memasak.
Umar dan sahabatnya memperhatikan dari jauh. Si ibu masak lama sekali, mengaduk-aduk panci. Tidak lama si anak tertidur, rengekan itupun hilang dalam lelapnya si anak kecil.
Setelah itu, Umar menghampiri si ibu & menanyakan soal masakan yg beliau masak. Si ibu bertutur, bahwa dirinya sedang memasak batu; itu ia lakukan hanya sebagai alasan agar anaknya yg tengah kelaparan lekas lelap tertidur.
"Ini kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Dirinya tak mau menyaksikan ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya telah tercukupi ataukah belum. Dan cobalah lihat saya. Saya hanyalah seorang janda. Sejak dari pagi tadi, saya anakku belum makan apa-apa. Anakku aku suruh berpuasa, dan berharap ketika berbuka kami mendapat rejeki. Tapi nyata-nyatanya tidak. Setelah magrib tiba, makanan belum ada pun. Anakku terpaksa tidur dgn perut yg kosong. Saya kumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci, lalu aku isi dengan air. Dulu batu-batu itu kumasak utk membohongi anakku, dengan harapan dia dapat tertidur lelap hingga pagi. Nyatanya tidak juga. Mungkin Saja dikarenakan lapar, sebentar-sebentar dia bangun & menangis minta makan," ucap ibu itu ke Umar. Si ibu tak tahu yg di depannya Umar bin Khattab, sang khalifah.
Ibu itu seterusnya mencaci Umar & menganggapnya tidak patut jadi pemimpin lantaran tidak dapat menjamin kebutuhan rakyatnya.
Mendengar curhatan si ibu itu, sahabat Umar geram & hendak menegur, tetapi Umar mencegah. Air mata Umar berlinang & seterusnya menggandeng sahabatnya cepat-cepat pulang ke Madinah. Tidak Dengan istirahat lagi, Umar langsung memikul gandum di punggungnya, utk diberikan terhadap janda lanjut usia yg sengsara itu.
Teman Umar itu meminta agar dia yg mengambil karung gandum karena melihat Umar begitu keletihan. Umar menolak tawaran sahabatnya.
"Sahabatku janganlah jerumuskan saya ke dalam neraka. Engkau bakal menukar saya memikul beban ini, apakah kau kira engkau dapat ingin memikul beban di pundakku ini di hri pembalasan nanti?" tanya Umar.
Lalu, sampailah Umar di tenda milik seorang janda yang renta dan anaknya itu. Umar tetap masuk & terlebih dulu memasakkan sebahagian gandum yg dibawanya, & menyuruh ibu buat membangunkan anak-anaknya. Si ibu menangis tidak menyangka seseorang laki-laki membantunya berikan makan buat dirinya & anak-anaknya.
Sambil menyaksikan mereka makan, Umar duduk tersenyum dalam hatinya. Hatinya berasa teramat lega kerana melihat anak-anak mungil itu kembali gembira. Sejurus berikutnya, Umar berpesan biar esok harinya anak & ibu itu datang ke Baitul Mal menemui Umar utk mendapati makanan dari negeri. Ibu itu lantas mengucapkan terima kasih.
"Engkau lebih baik dibanding khalifah Umar," kata ibu itu terhadap Umar.
Pada keesokan hri itu, datanglah ibu itu ke Baitul Mal. Umar menyongsong serta dgn senyum bahagia. Disaat itulah ibu itu menyaksikan wajah Khalifah, ia menyadari bahwa orang yg membantunya semalam ialah Umar sang Amirul Mu'minin, Wajah ibu seketika pucat pasi; tubuhnya gemetar, setelah mengetahui bahwa lelaki yang berada di hadapannya ternyata Khalifah Umar.
Si ibu itu dgn gemetar ketakutan meminta maaf. Dirinya mengaku tak tahu jika yg membantunya semalam ialah khalifah. Ibu itu siap dihukum atas ucapannya yg mencaci Umar.
"Ibu tak bersalah, akulah yg bersalah sampai kini. Saya berdosa membiarkan orang ibu & anak yang kelaparan di wilayah kekuasaannku, dengan cara apa saya mempertanggungjawabkan di hadapan Allah? Sudi kiranya Ibu memaafkan saya?" ujar Umar.