Ada yang katakan Ahok kalah karena lawan gunakan isu SARA, ada yg katakan karena Masjid2 di kuasai kubu lawan, ada yang katakan karena Tim Ahok terlena dengan Sosmed, Saksi yang lemah, Tim yang tidak terorganisir, managemen isu yang tidak tepat dll.
Sebenarnya itu semua alasan2 yang bersifat Teknis. Kalau bicara perang terbuka maka kemenangan tidak hanya ditentukan bagaimana taktik dan teknik perang tapi yang lebih penting adalah bagaimana memotong jalur logistik lawan.
Contoh sederhana nya jangan takut dengan jumlah pesawat tempur lawan, pastikan saja pesawat itu tidak punya bahan bakar maka jejeran pesawat itu hanya jadi monumen yang enak utk dijadikan objek Selvie.
Gampang kan? Seperti cerita perebutan benteng zaman kerajaan. Tak perduli berapa tinggi dan tebal tembok benteng itu, jika gandum, daging dan air tidak mereka miliki maka dalam hitungan hari atau minggu pasukan akan keluar dengan bendera putih atau paling ekstrim menjadi kanibal diantara mereka.
Secara logika, tanpa logistik tidak mungkin ada 411, 212, 313 hingga wisata Al Maidah. Tanpa logistik maka massa hanya teronggok di daerah masing masing karena tidak ada bis yang mengangkutnya. Sama seperti Marinir USA, kalau tak ada kapal ya pilihannya berenang menembus samudera berhadapan dengan hiu dan ombak badai lalu sampai medan perang tinggal kulit berbalut tulang atau diam saja tidur di Barak.
Apakah logistik Ahok lemah? Tidak ada yang bisa jawab berapa selisih logistik ke dua Paslon tapi yang jelas Ahok Djarot tidak mampu mengadakan mobilisasi massa seperti 411, 212, 313 maupun wisata Al Maidah. Yang pasti Ahok tidak mampu membranding sembako nya dalam pasar murah tidak seperti no 3 yang dari beras, gula, sabun colek, parfum mini, minyak sawit dan air mineral yang semua di kemas "Anies Sandi" lalu tertata rapi dalam kardus yang juga di beri merk "Anies Sandi". Sementara sembako murah Ahok Djarot tanpa merek dan cuma di bungkus kantong kresek
Kenapa Ahok Djarot tidak memiliki logistik sekuat Anies Sandi? Mudah menjawab nya "Dalam 3 tahun Ahok Djarot tidak membangun pilar pilar logistik nya sendiri". Pengusaha pengusaha kecil yang ikut tender berbagai proyek di Pemda DKI yang sebenarnya pendukung Ahok tahun 2012 di geser lalu di proyek proyek di kuasai pengusaha pengusaha besar. Celakanya pengusaha besar itu juga pengusaha yang lahir dan besar sejak Orde Baru jadi tidak punya loyalitas pada ide apalagi ideologi.
Ketika Tommy Soeharto dan Titiek Soeharto bergabung dgn Anies Sandi maka pengusaha pengusaha Orde Baru itu serta merta mensuport Anies Sandi.
Lalu dari mana logistik Ahok Djarot? Ya dari pengusaha pengusaha kecil yang disingkirkannya tapi memiliki kesadaran politik. Pengusaha pengusaha sadar politik ini yang mensuport relawan Ahok Djarot walau itu jumlahnya sangat sangat terbatas.
Yo wiss.... piye tahun 2019?
Cerita Jokowi bisa sama seperti cerita Ahok, tidak ada logistik. Kenapa begitu? Lihat saja hari ini, Pengusaha yang berpesta bukan pengusaha die hard nya Jokowi tapi ya mereka yang sudah pesta sebelum 1998 terus berpesta setelah pemilu 1999, 2004, 2009 dan 2014 dan kemungkinan akan terus berpesta setelah 2021.
Contoh lainnya apa? Lihat struktur komisaris dan direksi Bumn masih di isi orang lama dari zaman SBY. Dari sekitar 2400 komisaris BUMN (induk, anak dan cucu) yang baru hanya 150 an orang. Dari 2400 Direksi Bumn yang baru cuma 50 an orang
Periksa nama pejabat pejabat di kementrian kementrian, jangan kaget semuanya masih orang lama. Periksa semua Balai di kementrian teknis yg mengelola ratusan trilyun Rupiah.... semua orang lama. Periksa semua kontraktor Balai.... masih orang lama juga.
Trus... trus apa kesimpulan dari terkaparnya Ahok hari ini dan Jokowi 2019 nanti?
Kesimpulannya selama Jokowi tidak membangun pengusaha pengusaha nya yang mengerti ide ide nya, selama Jokowi terus memperkaya lawan dan memiskinkan kawan nya, selama posisi di beri pada yang anti, jabatan di kasih pada lawan. Kawan pakai jeans di usir sementara Lawan pakai jas silahkan parkir, yang baru dan setia antri lama lama, yang lama lama masuk tanpa antrian ya selama itu periode ke dua Jokowi cuma jadi mimpi dan 2019 Orde Baru berkuasa lagi.
hmmmm jika Jokowi tetap gak sadar, yaaaa bisa jadi 2019 nasib Jokowi seperti nasib Ahok hari ini. Gak percaya? Coba aja!
Singkatnya begini, "Politik tidak cukup dengan ide baik karena ide baik dalam politik juga butuh logistik.
When You Lose dont Lose the lesson.
(Mohon bantu sebarkan)