Visibilitas hilal -yang terjadi dg melihat hilal turut membantu indera mata ru'yatul hilal-merupakan pilihan utama dalam pemikiran jumhur fuqaha bila hendak menetapkan awal bulan qamariyah. Metode lain bila mengalami kegagalan adalah dengan metode istikmal.
Hisab astronomi (perhitungan falakiah) hanya ditempatkan sbg pendukung, guna memperkirakan waktu konjungsi (al-ijtima') dan kadar ketinggian hilal di ufuk. Konsekuensi metode hisab astronomi adalah berlakunya peta mathla' secara lokal (per-negara). Penetapan mathla' hanya berlaku lokal di negara setempat bisa dipahami dari perintah Rasulullah SAW kepada pejabat Amir kota Makkah saat beliau menunaikan ibadah haji.
(HR Abu Dawud dari Husein bin Al-Haris al-Jadaly).
Masyarakat akhir-akhir ini sering dikacaukan oleh seruan berhari raya Idul Fithri berpedoman pada hari Idul Fithri di negera Arab Saudi.
Baru-baru ini al-Ihtikam sebagai yayasan melaksanakan Idul Adha pun mengikuti Idul Adha dari negera Arab Saudi. Kedua cara itu dimaksudkan untuk melegalisasi ru'yatul hilal negara Arab Saudi sebagai rukyat internasional.
Pertimbangan Hukum:
Lokasi kepulauan Indonesia jelas berbeda mathlak-nya dengan Arab Saudi.
Ru'yatul hilal yang gagal terjadi di seluruh wilayah Indonesia, bisa saja berhasil dilakukan oleh negara lain, termasuk Saudi Arabia karena saat terbenam matahari mereka 4 (empat) jam lebih ke belakang dibanding waktu standar Indonesia.
Kriteria Imkanur ru'yah hasil kesepakatan MABIMS adalah:
- Ketinggian hilal dua derajat.
- Umur bulan minimal delapan jam saat konjungsi.
- Ibnu Abidin dalam kitab ÇáÑÏ ÇáãÍÊÇÑ ÌÒÁ 2 Õ393 dalam substansi uraiannya menempatkan mathla' negara setempat sebagai acuan pokok penetapan awal bulan qamariyah, utamanya bulan Dzulhijjah.
Bagaimana hukum menetapkan awal bulan qamariyah khususnya awal Ramadlan, Syawal dan Dzulhijjah berdasarkan rukyat al-hilal internasional untuk pedoman beribadah di Indonesia?
JAWAB:
Umat Islam Indonesia maupun Pemerintah Republik Indonesia tidak dibenarkan mengikuti rukyat al-hilal internasional, karena berbeda mathla' dan tidak berada dalam kesatuan hukum.
Dasar Pengambilan:
1- ÝÊÍ ÇáÈÇÑì ÈÔÑÍ ÇáÈÎÇÑì ááÍÇÝØ ÇÈä ÍÌÑ ÇáÚÓÞáÇäì ÇáÌÒÁ ÇáÑÇÈÚ Õ 123
æÚÈÇÑÊå: ËÇäíåÇ ãÞÇÈáå ÇÐÇ ÑÄí ÈÈáÏÉ áÒã Çåá ÇáÈáÏ ßáåÇ æåæ ÇáãÔåæÑ ÚäÏ ÇáãÇáßíÉ¡ Íßì ÇÈä ÚÈÏ ÇáÈÑ ÇáÅÌãÇÚ Úáì ÎáÇÝå æÞÇá ÇÌãÚæÇ Úáì Çäå áÇÊÑÇÚì ÇáÑÄíÉ ÝíãÇ ÈÚÏ ãä ÇáÈáÇÏ.
2- ÝÊÇæì ÔÑÚíÉ "ÚÈÏ Çááå ÇÈä ÚãÑ ÇÈä íÍí ÇáÚáæì" Õ 110
æÚÈÇÑÊå: (ÇáÇæá) áÒæã ÇáÕæã Úáì ÌãíÚ ÇáäÇÓ ÇáãÕÏÞ ÈÇáÑÄíÉ æÛíÑå æÔÑØå Çä íÊÍÏ ãØáÚ ÇáÈáÏíä Çæ ÇáÈáÏÇä æÇä ÒÇÏ ãÇÈíäåãÇ Úáì ãÓÇÝÉ ÇáÞÕÑ.
3- ÝÊÍ ÇáÈÇÑì ÇáÌÒÁ ÇáÑÇÈÚ Õ123
æÚÈÇÑÊå: æÞÇá ÇÈä ÇáãÇÌíÔæä: áÇíáÒãåã ÈÇáÔåÇÏÉ ÅáÇ áÃåá ÇáÈáÏ ÇáÐì ËÈÊÊ Ýíå ÇáÔåÇÏÉ ÅáÇ Çä íËÈÊ ÚäÏ ÇáÅãÇã ÇáÇÚÙã ÝíáÒã ßáåã¡ áÃä ÇáÈáÇÏ Ýì ÍÞå ßÇáÈáÏ ÇáæÇÍÏ ÇÐ Íßãå äÇÝÐ Ýì Íßãå.
Sumber: Bahtsul Masail tahun 1999 (Kediri)