KISAH-KISAH religius cukup populer di kalangan Arab pra-Islam. Bahkankisah-kisah tersebut merupakan salah satu bagian dari indikasi sejarah lisanArab. Kisah pembangkangan kaum 'Ad, Tsamud dan Fir'aun, misalnya, beredardari mulut ke mulut secara bertautan, seperti dinyatakan Fakrurrozi, ulamaterkemuka. Begitu juga dengan puisi atau syair, di mata Arab pra-Islammerupakan salah satu cabang ilmu yang paling 'absah'. Sebagaimana disebutoleh Umar bin Khattab, semuanya membawa banyak isyarat sejarah dan kisah.
Kisah-kisah religius ini kemudian berpindah ke tangan bangsa Arab melalui orang-orang Kristen Syria, Hirah, Yahudi Yaman, Najran dan Madinah. Selain melalui tangan mereka, kisah religius juga disebar oleh anak-cucu mereka yang bisa membaca buku, atau menguasai bahasa-bahasa tetangga seperti bahasa Ibrani dan bahasa Persia. Kedua bahasa ini dikenal sangat dekat dengan bahasa Arab. Pada masa itu kisah religius juga dipublish oleh orang-orang yang jiwanya disempitkan oleh keyakinan paganisme yang berlebihan.
Di tangan mereka kisah religius berjalan statis; tidak pernah bersemi, apalagi tumbuh atau berkembang. Setelah al-Quran turun, justeru kisah-kisah religius semakin bersemi dan membiak. Ini aneh, sebab tidak ada yang bisa membuktikan al-Quran sebagai buku cerita. Al-Quran hanya menyediakan space untuk kisah-kisah religius cuma seperempat al-Quran saja, itupun kalau kita
terpaksa menyebutnya dengan pengertian yang lebih luas sebagai "cerita". Ini membuktikan sekali lagi, bahwa al-Quran menggunakan metodologi cerita sebagai salah satu media penyampaian dakwah. Dengan kata lain al-Quran mampu melakukan fungsinya yang berperan agamis, selaras dengan objektifitas misinya yang mulia.
Kendati demikian kisah religius bukan monopoli al-Quran. Kisah religius dalam al-Quran sama dengan beberapa kitab samawi lain yang dijejali dengan cerita "warisan" yang turun temurun tersebar di kalangan Arab, dengan syarat-syarat tertentu: tematis dan estetis, dengan rajutan simpul naratif
yang juga parsial. Semua itu tersebar di beberapa tempat dalam al-Quran kecuali kisah nabi Yusuf alaihissalam yang konstruksi ceritanya berdiri sendiri di sepanjang surat. Demikian yang ditulis DR. Muhammad Ragab Al Nagar dalam bukunya "Al-Turats al-Qishasi fil Adab al-Arabi".
Kisah religius yang terdapat dalam al-Quran meliputi empat bagian:
Pertama, kisah para nabi. Dimulai dengan bapak pertama manusia, Adam
alaihissalam, 'ibunda' Hawa 'alaihissalam dan kronologi turun dari surga.
Lalu bapak kedua Nuh as. dan terjangan angin topan. Lalu kisah para nabi
dari bangsa Arab: Shalih dan kaumnya; Ibrahim bersama Namrud; Ismail dan
tebusannya, sumur zamzam, membangun ka'bah; kisah Luth (anak-anak dan
kaumnya); kisah Yusuf alaihissalam bersama saudara-saudaranya serta
hubungannya dengan Zulaikha, dijebloskannya ke penjara. Menyusul kemudian
kisah nabi Syu'aib; kisah nabi Musa dan mu'jizat kelahirannya, bersama
kaumnya keluar dari Mesir, konflik dengan Firaun, dusta Yahudi, kisah sapi
betina dan lain-lain; kisah nabi Daud yang difitnah kaum Sabat; Sulaiman dan
Balqis; Ayub dan penyakitnya; Yunus dan ikan hiu; Zakariya dan Yahya. Serta
kisah mengenai Maryam dan Isa lengkap dengan mukijzat-mukjizatnya. Semuanya
tertulis dalam al-Quran dengan jelas.
Kedua, kisah-kisah yang berkaitan dengan bangsa-bangsa pra-Islam dan kisah-kisah yang bertujuan sebagai catatan sejarah. Misalnya kisah Ashabul Kahfi, kisah Zulkarnaen, kisah Ya'juj wa Ma'juj, kisah Uzair dan penghuni Surga, kisah Qarun dan hartanya, kisah Qabil dan Habil, kisah banjir Arim,
ashabul ukhdud, kisah tentara bergajah, dan kisah-kisah lain yang berkaitan erat dengan pahala dan dosa, sorga dan neraka, maut dan kebangkitan. Aspek sejarah ini sejatinya berkaitan dengan fakta-fakta dan peristiwa yang terjadi pada diri Rasulullah SAW bersamaan dengan mulainya pembangkangan Quraisy, pendustaan akan dakwah, tantangan Yahudi terhadap beliau, kisah-kisah kaum munafik, kisah Isra-Mi'raj, kisah hijrah dan mukjizat-mukjizatnya, cerita dusta, peperangan yang wajib dilaksanakan oleh nabi atau invasi yang beliau lakukan yang berakhir dengan peristiwa futuh Mekkah, pelurusan atas rumor yang berkembang seputar isteri-isteri nabi khususnya Zainab binti Jahsy, dan kejadian-kejadian lain.
Kisah-kisah tersebut berhubungan dengan kilas kehidupan Rasulullah, sisi humanisme universal, dan mukjizat. Banyak di antara kisah-kisah tersebut membentuk rambu pemisah dalam sejarah manusia.
Yang galib pada kisah religius dalam al-Quran adalah kisah para nabi dan sejarah perjuangannya bergelut dengan kekuatan buruk dan jahat. Target kisah tersebut bukanlah untuk dijadikan sebagai narasi sejarah, melainkan sebagai bahan untuk ta'ammul (perenungan), nasehat dan tempat pelarian secara agamis. Karenanya bentuk pewarisan sejarah dalam al-Quran dinyatakan dengan format cerita, ketika cerita di masa itu tidak pernah terpisah dari bagian ilmu sejarah. Karena itu pula penceritaan dalam al-Quran begitu retoris dan estetis (balaghi wa fanni).
Ketiga, kisah alam ghaib. Diantara alam ghaib yang sering disorot al-Quran adalah yaitu kisah-kisah yang berhubungan dengan alam jin, alam malaikat, alam syetan dan sihir. Karena itu tidak mengherankan jika kitab-kitab tafsir banyak memuat hikayat, kisah dan legenda-legenda klasik Arab. Dan tak mengherankan pula jika selanjutnya ada sebagian kitab tafsir terkontaminasi
oleh kisah beracun yang dikenal dengan "kisah-kisah Israiliyat".
Bagian keempat adalah kategori kisah yang disebut oleh DR Nagar sebagai kisah "romzi wa tamsili" (simbolik dan pemisalan), yaitu kisah-kisah yang berkaitan dengan dunia hewan, atau kisah tersebut diriwayatkan atas "lisan" hewan. Contoh nyata adalah kisah burung gagak yang diutus Allah kepada anak Adam (Qabil) untuk mengajarinya bagaimana menguburkan mayat saudaranya sendiri, Habil. Kisah lainnya mengenai seekor burung yang dicincang oleh nabi Ibrahim alaihissalam, lalu potongan hewan tersebut disebar secara terpisah di sebuah puncak bukit. Ketika Ibrahim memanggilnya, tiba-tiba bangkai burung tersebut menyatu kembali dan hinggap di hadapannya. Dalam surah al-Baqarah juga disebutkan tentang kisah sapi betina Bani Israil (diceritakan nabi Musa menyuruh kaum Bani Israil agar menyembelihnya untuk mengungkap kasus pembunuhan yang terjadi di antara mereka). Pada surah yang lain diceritakan tentang serigala yang menjadi korban tuduhan palsu pembunuh Yusuf. Dan masih banyak kisah-kisah lain seperti burung Hudhud yang patuh kepada nabi Sulaiman, kisah binatang melata yang akhirnya membuktikan bahwa jin tidak mengetahui hal ghaib, serta kisah keledai yang mati selama seratus tahun kemudian hidup kembali, dan lainnya. Di sana kita bisa saksikan begitu banyak surah-surah dalam al-Quran yang melibatkan nama-nama binatang seperti: lebah, semut, sapi, laba-laba dan gajah. Kendatipun banyaknya materi kisah-kisah tersebut dalam al-Quran, hanya saja berbentuk petunjuk global, atau kilas paparan, yang tidak beralih pada kisah religius secara integral kecuali di tangan para mufassir, sohibul hikayat dan sejarahwan klasik. Di tangan merekalah kisah-kisah tersebut menjadi kisah agamis humanis, terpisah dari kisah-kisah quranik, sekalipun pada awalnya bersumber dari al-Quran untuk kemudian menjadi inspirasi kreasi
seni cerita yang etis dan -tentu saja- estetis. []
Kairo, 7 Agustus 2005
# Taufik Munir