Para shahabat Nabi dari muhajirin dan anshar di masa Rasulullah dan di masa Abu Bakar saling tolong menolong sebagai wujud cinta dan taqarrub-nya kepada Allah seperti dijelaskan dalam Quran: Dan orang-orang Anshar mengutamakan orang-orang Muhajirin daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka sendiri memerlukan apa yang mereka berikan. (az-Zumar [59]:9)
"Di zaman Rasulullah saw.,” kata Ibnu Umar, “tidak ada seorangpun dari kami yang melihat dirinya lebih berhak mendapatkan dinar dan dirham dari sesama saudara seiman.”
Bahkan, suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz mendengar bahwa salah seorang anaknya ingin memiliki sebuah cincin. Maka Umar bin Abdul Aziz membelikan sebuah batu mulia seharga seribu dirham (per-dirham seharga harga perak masa sekarang).
Kemudian seorang ulama' menulis surat untuknya. Isi surat tersebut sebagai berikut,
"Aku telah mendengar bahwa kamu telah membeli sebuah batu cincin seharga seribu dirham. Apakah tidak lebih baik engkau jual cincin itu, dan uangnya kau berikan kepada seribu orang yang lapar."
Setelah membaca surat tersebut, Umar bin Abdul Aziz mengambil sebuah cincin yang terbuat dari besi dan cincin tersebut diberi tulisan;
Allah akan merahmati orang yang mengetahui kehormatan dirinya.
Tag:
Batu Cincin Menurut Lajnah Daimah