Konon, ketika K.H. Wahid Hasyim, tokoh Nahdatul Ulama dan ayah K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), menjabat sebagai Menteri Agama di era Orde Lama, bung Karno meminta kepada beliau agar sebagian uang dana masjid istiqlal yang didapat dari sumbangan Timur Tengah diberikan ke negara untuk membangun Monas.
Bagaimana bisa, uang masjid untuk bikin Monas?
Bung Karno berargumen mengapa harus Monas yang diprioritaskan: Jika saya mati saat Monas dan Istiqlal dibangun, maka bisa saya pastikan, Istiqlal pasti selesai. Sebab, membangun masjid adalah membangun rumah Tuhan, sehingga sekalipun saya mati ketika masjid itu belum selesai, tak satu pun yang bisa menghentikan pembangunannya. Tapi tidak demikian halnya dengan Monas. Jika saya mati, belum tentu pengganti saya meneruskan pembangunannya.
Akhirnya, Kyai Wahid setuju. Dan Monas pun selesai dibangun. Jum'at tanggal 2 Desember mendatang, Monas akan jadi masjid sementara. Di atas taman nasional itu, rencanaya seorang kyai NU akan menjadi khatib Jum'at. Ya, beliau adalah K.H. Ma'ruf Amin, Rais Aam Syuriah PBNU dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Istiqlal dan Monas, dua bangunan bersejarah yang tak pernah bisa dipisahkan dari peran umat Islam, wabil khusus Nahdatul Ulama. Dan Nahdhatul Ulama kembali membuktikan perannya kali ini. Terima kasih Bung Karno, terima kasih Kyai Wahid Hasyim dan terima kasih pula Kyai Ma'ruf Amin.
Semoga Allah membalas dengan pahala yang berlipat.