Entah siapa lagi yang tidak dicap musyrik jika manusia-manusia mulia seperti para Sahabat saja dicap musyrik oleh kaum yang mengaku salafi/wahabi ini.
Tengoklah Muhammad Ibn Abdil Wahhab dalam kitabnya "At-Tauhid", dia mengutip hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
Sahabat Mu'âdz ibn Jabal (ra) berkata: Aku mengendarai keledai bersama Nabi SAW lalu beliau bersabda kepadaku, 'Hai Mu'âdz, tahukan engkau apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya? Dan apa hak hamba atas Allah? Aku menjawab: Allah dan rasul-Nya yang tahu. Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
حقُّ اللهِ على العباد أنْ يعبدوه ولا يشركوا به شيئًا. و حقُّ العباد على الله أنْ لا يُعَذِّبَ مَن لا يُشْرِكَ بِهِ شيئا.
"Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah mereka harus menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Adapun hak hamba atas Allah ialah Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun."
Aku (Mu'ad) bertanya: Wahai Rasulullah saw., bolehkan aku sampaikan berita gembira ini kepada orang-orang (sahabat yang lain)?
Rasulullah SAW menjawab: "Jangan kau lakukan itu, agar mereka tidak berpasrah diri (tidak berbuat)".
(Baca Kitab al Tauhid dalam syarah Tafhu al Majîd oleh Syeikh Abdurrahman Âlu Syeikh:26-28)
Dalam kitab tersebut Ibnu Abdil Wahhab menyebutkan 24 kesimpulan dari ayat-ayat Al-Qur'an dan dua hadis dalam pembahasan itu.
PADA KESIMPULAN KE 15, ia berkata:
الخامسة عشرة: أنَّ هذه الْمسألة لا يعرفُها أكثَرُ الصحابةِ
Kelima belas: Sesungguhnya masalah ini tidak diketahui oleh kebanyakan sahabat. (Fath al Majîd:30)
Syeikh Abdurrahmab, pensyarah Kitab at Tauhid, menyalahkan Mu'âdz bin Jabal (ra) karena tidak menyampaikan berita itu, padahal ia patuh pada pernyataan Nabi SAW. Sejatinya dalam hal ini sang Syeikh menyalahkan Mu'ad bin Jabal atau Nabi SAW?
Berdasarkan uraian Ibn Abdil Wahhab: kebanyakan sahabat Nabi SAW tidak mengetahui hakikat tauhid?
PADA KESIMPULAN KE 24, ia berkata:
الرابعة و العشرون: عِظَمُ شَأْنِ هذه الْمَسْألة
"Betapa agungnya masalah ini." (Fath al Majîd:31)
Jika kebanyakan sahabat Nabi saw tidak mengetahui hakikat penghambaan yang tidak tercampur dengan unsur-unsur kemusyrikan dan kekufuran, maka bagaimana dengan ibadah kebanyakan sahabat? Apakah ibadah mereka masih bercampur dengan unsur-unsur kemusyrikan? Bagaimana dengan ibadah tabi'in yang caranya diajari oleh kebanyakan sahabat?
PADA KESIMPULAN KE 2, ia berkata:
الثانية: إنَ العبادةَ هِيَ التوحيد، لأّنَّ الخصومة فيه
"Kedua: Sesungguhnya ibadah itu adalah tauhid yang padanya terletak persengketaan." (Fath al Majîd:29)
Persoalan: Karena kebanyakan sahabat tidak mengenal hakikat ibadah yang murni, maka apakah ibadah mereka bercampur dengan unsur-unsur kemusyrikan?
PADA KESIMPULAN KE 16, ia berkata:
السادسة عشرة: جواز كِتمانِ العلم لِلْمصلحة
Yang ke 16: Dibolehkannya merahasiakan ilmu demi kemaslahatan.
Maksudnya: boleh merahasiakan ilmu (wahyu) yang disampaikan oleh Nabi SAW kepada Mu'ad bin Jabal (ra).
Mantap juga kalau begitu: Ada berapa wahyu yang boleh dirahasiakan oleh para sahabat, seperti kasus dialami oleh Mu'ad bin Jabal?
Sumber: Abu Salafi
KESIMPULAN LOGIS
Kebanyakan sahabat Nabi SAW tidak mengenal hakikat tauhid, tauhid yang benar?
Ibadah Kebanyakan sahabat Nabi SAW masih bercampur kemusyrikan?
Ada wahyu yang dirahasiakan/disimpan oleh Nabi SAW dan sahabat tertentu seperti Mu'ad bin Jabal dalam kasus ini.
Jika kebanyakan salaf (sahabat) tidak mengenal tauhid yang benar dan ibadahnya masih bercampur dengan unsur-unsur kemusyrikan, maka bagaimana dengan murid-murid dan para pengikutnya?
Powered by Telkomsel BlackBerry®