Tiga temuan ilmiah remaja yang diikutsertakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada International Exhibition of Young Inventors 2013 di Kuala Lumpur, Malaysia, dianugerahi medali emas. Dua temuan lain memperoleh medali perak dan ada satu perunggu melalui Yohanes Surya Institute.
"Kompetisi ini mensyaratkan peserta berumur 20 tahun dan di bawahnya. Tingkat kreativitas disesuaikan usia mereka," kata Kepala Bagian Peningkatan Karya Ilmiah LIPI Yusuar, di Jakarta, Sabtu (11/5). Kegiatan diselenggarakan The Malaysian Invention and Design Society (MINDS) dan diikuti wakil dari 13 negara dengan penghargaan yang didominasi peserta dari Taiwan.
Para peraih medali emas, yakni Wisnu, pelajar SMA Taruna Nusantara, Magelang, dengan karya Detektor Telur Busuk, lalu tiga pelajar SMAN 6 Yogyakarta (Nurina Zahra Rahmati, Tria Ayu Lestari, dan Elizabeth Widya Nidianita) dengan karya Tundershot Filter (Turbin Undershot) Penyaring Sampah di Sungai, serta Hibar Syahrul Gafur dari SMPN 1 Bogor, Jawa Barat, dengan karya Sepatu Anti-kekerasan Seksual.
Kreativitas Hibar didasari oleh kian tingginya ancaman kekerasan terhadap siapa saja, termasuk para pelajar. Sepatu, yang bisa diakses siapa saja, dilengkapi aliran listrik bertegangan 450 volt dari baterai 9 volt yang dinaikkan voltasenya.
Kemarin, ia menguji tegangan tinggi sepatu tersebut dengan sebilah pisau. Ada tombol rahasia pengaktif tegangan yang ada di bagian sepatu.
Sengatan listrik menimbulkan percikan api. Ketika dimatikan, ternyata masih tersisa aliran listrik. "Nanti bisa dibuat setrum hilang sama sekali ketika tombol dimatikan," kata Hibar ketika disambut tim LIPI di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu sore.
Sementara temuan Wisnu menggunakan prinsip cahaya yang tak menembus telur busuk. "Saya gunakan senter dan sensor cahaya. Jika telur busuk, sensor tak dapat menangkap cahaya," katanya.
Enam kategori
International Exhibition of Young Inventors (IEYI) itu terdiri atas enam kategori, yakni manajemen kebencanaan, edukasi dan rekreasi, pangan dan agrikultur, teknologi hijau, keamanan dan kesehatan, serta teknologi kebutuhan khusus.
Karya ilmiah remaja lain meraih dua perak, yakni Devika Asmi Pandanwangi (SMAN 6 Yogyakarta) dan Safira Dwi Tyas Putri (Sampoerna Academy Kampus Bogor). Devika menyajikan Bra Penampung Asi, sementara Safira menyajikan Canting Batik Otomatis.
Bra itu bekerja otomatis dengan menampung air susu ibu yang keluar tanpa disengaja. Mengenai canting batik otomatis, prinsipnya mengacu pada pemanasan solder listrik yang dilengkapi pengatur suhu supaya tetap 50-60 derajat celsius.
Menurut Rudy Prakamta, guru pendamping SMAN 6 Yogyakarta, dari sekolahnya ada satu tim lagi yang diikutsertakan pada IEYI tersebut yang melalui Yohanes Surya Institute. Tim tersebut mendapatkan medali perunggu.
Olimpiade fisika
Dari Bogor dilaporkan, tim Indonesia meraih prestasi pada ajang Asia Physics Olympiad (APhO) 2013. Kedelapan pelajar Indonesia berhasil menyumbangkan 2 medali emas, 2 medali perak, 2 medali perunggu, dan 2 honourable mention. Penutupan kegiatan itu, Sabtu pekan lalu.
Himawan Wicaksono Winarto (SMA Katolik St Agustinus, Malang) dinobatkan sebagai absolute winner, meraih satu medali emas dan gelar best male participant serta gelar terbaik dalam tes eksperimen.
Josephine Monica dari SMAK Penabur Gading Serpong meraih gelar best female participant dan mendapatkan satu medali emas. Dua medali perak disumbangkan Kristo Nugraha Lian (SMAK Penabur, Gading Serpong) dan Aryani Paramita (SMAK 3 Penabur, Jakarta). Selain itu, dua medali perunggu diraih Andramica Priastyo (SMA Taruna Nusantara, Magelang) dan Justian Harkho (SMA Santo Petrus, Pontianak). (NAW/ELN)