Orang-orang yang ada di warung kopi serentak berdiri begitu melihat Abu Nawas datang.
"Rezeki nggak ke mana," celetuk mereka.
Sudah biasa, Abu Nawas dikenal dermawan. Mereka memastikan kopi yang sudah diseruput bakal dibayar si Cerdik yang baik hati ini.
"Aku lagi mumet," tutur Abu Nawas sembari menaruh pantatnya di kursi kayu. Orang-orang langsung terdiam.
"Dari Istana, pasti dapat proyek," tebak di antara mereka.
"Kalian bisa menangkap angin dan memenjarakannya?" tanya Abu Nawas.
Mereka saling pandang. "Gila," ucap mereka sampai geleng-gelang kepala. "Angin kok ditangkap ..."
Abu Nawas berdiri dan meninggalkan mulut melongo mereka.
"Hei, mau ke mana?" teriak salah satu di antara mereka.
"Pulang!" jawab Abu Nawas dengan langkah gontai.
Tiga hari begitu cepat datang. Tapi tak perlu kaget. Wajah Abu Nawas berseri-seri. Berkali-kali ia mengelus-elus perutnya. Ia pun menuju istana dengan langkah ringan.
"Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin, hai Abu Nawas?” tanya Baginda Raja tanpa basa-basi lagi.
"Sudah Paduka yang mulia," jawab Abu Nawas membuat orang-orang di istana penasaran. Si Cerdik ini mengeluarkan botol yang sudah disumbat. Kemudian ia menyerahkan botol itu kepada Baginda.
Lalu, apa yang terjadi?
Simak videonya berikut ini: