Syekh Nimr tewas dipancung (dan
sebelumnya, ternyata dia disiksa dulu hingga tangan dan kakinya patah,
dan jasadnya tidak dikembalikan ke keluarganya). Keponakannya, Ali
Mohammed al-Nimr yang berusia 17 tahun juga telah dijatuhi vonis pancung
dan lalu setelah tewas, badannya akan disalib. Hukuman macam apa ini?!
Kesalahan Ali karena ikut demo memprotes pemerintah. Nasib Ali belum
diketahui.
Saya membuka youtube, mendengarkan ceramahnya yang
memang frontal mengkritik pemerintah. Tapi dia jauh berbeda dengan Syekh
‘Arifi yang berpidato berapi-api sampai berkeringat, menyerukan angkat
senjata (tentu saja bukan untuk menggulingkan Arab Saudi, tapi Assad).
Dia justru menyerukan agar “melawan senjata dengan teriakan”. Saya baca
lagi berbagai berita, membandingkan mana yang kelihatan netral, mana
yang jelas sekali membela Bani Saud. Kesimpulan saya, memang dia tak
pernah angkat senjata, membentuk pasukan, apalagi bergabung dengan Al
Qaida/ISIS. Dia hanya “berteriak” (berceramah, mengkritik pemerintah).
Berbagai website berlabel Islam beramai-ramai memuat berita yang
menjelek-jelekkan Syekh Nimr (sehingga pantas untuk dipenggal). Seorang
profesor Indonesia yang jadi rujukan banyak orang soal kondisi domestik
Arab Saudi juga berputar-putar menulis, yang ujungnya satu: Syekh Nimr
sah saja dipancung.
Saya tanya kepada mereka yang setuju pada hukuman pancung atas Syekh Nimr: apa kalian setuju bila ustadz Abu Jibril, Felix Siaw, atau Jonru dipancung? Pasti jawabannya tidak. Mana tega kita bila Felix, ustadz imut-imut anti-foto-sefie dan penulis buku imut-pink ‘Udah Putusin Aja’ itu dipancung. Ya kan?
Lalu mengapa
kalian setuju Syekh Nimr dipancung? Meski mazhab Abu Jibril, Felix, dan
Jonru berbeda dari Syekh Nimr, bukankah yang mereka lakukan sama saja:
pidato/ceramah mengkritik rezim penguasa? Mereka menyebut pemerintah
neoliberal, antek Barat, thogut (bahkan ada yang menghina dan memfitnah
presiden, tau siapa dia kan?). Mereka meminta Pancasila dan UUD 45
diganti jadi sistem syariah versi mereka. Mereka bilang nasionalisme itu
tidak ada dalam Islam. Bahkan, ada banyak ustadz di Indonesia yang
mendukung ISIS. Bukan main-main, ini sudah makar tingkat tinggi: menyeru
perang, jihad, berbaiat kepada entitas ‘pemerintahan’ asing. Apa kalian
setuju bila para ustadz itu dipancung juga?
Saya juga heran pada
situs-situs simpatisan Ikhwanul Muslimin (dan para ustadznya) yang
memburuk-burukkan Syekh Nimr untuk membela Arab Saudi. Bukannya tahun
2013 kalian marah-marah pada Arab Saudi yang memberikan bantuan
intelijen, dana, dan diplomatik dalam kudeta terhadap idola kalian yang
hafiz Quran itu (Presiden Mursi)? Secepat itukah kalian lupa pada Mursi
dan para petinggi IM yang dijatuhi hukuman mati? Lupakah kalian bahwa
tahun 2014 Arab Saudi malah menjadikan organisasi suci kalian (IM)
sebagai organisasi teroris?
Berbagai situs Islam tiba-tiba saja
memberitakan pembelaan kepada Arab Saudi dengan narasi “Iran pun
menggantung warga Sunni”. Dapat bayarankah kalian? Kok beritanya
mirip-mirip dan disiarkan serempak? Bahkan
Detik.com,
yang beberapa waktu lalu menurunkan serial liputan langsung dari Iran
yang sangat simpatik; sebelumnya juga pernah menulis liputan khusus
tentang Iran, saya salah satu narsumnya, tiba-tiba menulis soal
‘penindasan Syiah terhadap Sunni Iran’.
Pertama-tama, faktanya
tidak valid, saya bisa panjang lebar menulis soal ini. Tapi sudahlah,
anggap saja Iran itu paling kafir sedunia dan tukang bunuh Sunni paling
banyak sedunia, apa bisa dijadikan pembenaran bagi Arab Saudi? Bisakah
seorang maling bernama Fulan membela diri “saya jangan disalahkan karena
maling, toh si Anu juga maling!” Kesalahan si Anu tidak bisa dijadikan
pembenaran bagi kesalahan si Fulan. Salah ya salah. Ga usah ngeles.
Pertama-tama, faktanya tidak valid, saya bisa panjang lebar menulis soal ini. Tapi sudahlah, anggap saja Iran itu paling kafir sedunia dan tukang bunuh Sunni paling banyak sedunia, apa bisa dijadikan pembenaran bagi Arab Saudi? Bisakah seorang maling bernama Fulan membela diri “saya jangan disalahkan karena maling, toh si Anu juga maling!” Kesalahan si Anu tidak bisa dijadikan pembenaran bagi kesalahan si Fulan. Salah ya salah. Ga usah ngeles.
Berita terbaru: di India, kaum Hindu pun ikut dalam demo besar-besaran
memprotes pemenggalan Syekh Nimr. Swiss –yang liberal dan
sekuler—men-summon Dubes Arab Saudi. Sekjen PBB pun protes. Bahkan Wakil
PM Turki juga sudah menyatakan penentangannya pada pemancungan itu.
Jadi Pak Profesor, masbro, mbaksis, cobalah jujur menjawab pertanyaan
sederhana ini: apakah ceramah dan demo mengkritik pemerintah boleh
dijatuhi hukuman pancung?
RUSLI AHMAD ZAHRI
DINASULAEMAN.WORDPRESS.COM