Oleh: Taufik Munir
Ibu rumah tangga terkadang merasa kesulitan menerapkan kewajiban puasa bagi anak-anak.
Tentunya, anak-anak yang belum akil-baligh tidak diwajibkan berpuasa. Tapi tidak ada salahnya jika anak-anak sejak dini dilatih berpuasa. Ini penting, agar di kemudian hari dia tidak terlalu sulit melaksanakan kewajiban tersebut saat mereka dewasa. Oleh karena itu diperlukan cara yang benar dan cara yang tepat untuk melatih anak-anak beribadah, khususnya berpuasa.
Syekh Ibrahim Ridha, salah seorang imam masjid dan pengajar di Wizaratul Awqaf Mesir mengatakan, "kaum ibu harus membiasakan anak-anaknya berpuasa, tapi tidak harus satu hari penuh." Menurut Ridha, puasa bagi anak kecil bisa dilakukan secara gradual. Misalnya dimulai dengan mengajaknya berpuasa sampai Zuhur. Inipun masih ijtihadi (usaha alternatif), bukan keharusan. Ibu-ibu juga bisa memulainya dengan mengkomunikasikannya secara langsung, berdialog dengan arif kepada si kecil sebelum tiba bulan Puasa. Misalnya membicarakan tentang kemuliaan bulan Ramadhan dan menjelaskan mengapa orang-orang banyak yang tidak makan dan minum pada bulan itu.
Dengan demikian si kecil akan berfikir mengapa dirinya tidak puasa? Lalu setelah bulan puasa tiba, kita bagi-bagi. Pada hari itu si anak berpuasa hanya satu jam, setelah itu dua jam, lalu bertambah tiga jam. Begitu seterusnya sampai satu hari penuh pada hari berikutnya. Dengan begitu puasa akan terpatri dalam dirinya menjadi satu kebiasaan.
Dalam satu riwayat Rasulullah saw bersabda, "Suruhlah anak-anakmu mendirikan sholat pada usia tujuh tahun. Dan sentillah mereka ketika berusia sepuluh tahun".
Secara tekstual Hadis itu menggunakan "wadhribuuhum" (pukullah mereka). Ahli fiqih menambahkan bighairi mubarrih (pukulan yang tidak bikin "bareuh", atau melukai). Karenanya saya lebih setuju kalau anak-anak cukup disentil saja anggota badannya.
Menyangkut sholat, kita latih anak-anak kita dari umur tujuh tahun hingga sepuluh tahun. Kalau puasa, kita latih anak-anak sejak usia mendekati masa pubertas. Hikmah yang bisa kita petik dari latihan tersebut agar anak-anak terbiasa taat, sehingga kebiasaan-kebiasaan itu bernilai ibadah. Dan kelak apabila mereka sudah puber dan mumayyiz, kebiasaan yang berubah menjadi ibadah itu menjadi kewajiban yang tidak lagi memberatkan. Sedangkan "anak-anak" yang sudah dewasa dan tidak membiasakan diri puasa dan sholat sejak kecil tidak perlu menggunakan cara pelatihan seperti ini.
Anak kecil sejatinya tidak perlu dipaksa puasa. Tetapi anak kecil yang "normal" akan mengikuti kebiasaan bapak-ibunya yang berpuasa. Dengan demikian terbuka lebar peluang orang tua untuk memberinya semangat puasa hingga "usia wajib puasa", sebagaimana firman Allah swt:
"diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu". (QS. Al-Baqarah: 183).
Artinya, wahai hamba-hamba-Ku, kalian jangan takut puasa, karena puasa ini juga sudah diwajibkan kepada kaum sebelum kamu, dan mereka sudah menjalankannya. Kemudian, puasa juga menjadi lebih mudah karena umat-umat lain sebelum nabi Muhammad saw lahir juga pernah diwajibkan berpuasa.
Dengan demikian, kalau saja umat lain bisa melakukan ibadah puasa, maka mengapa kita tidak? Kita pun bisa melakukan ibadah seperti umat-umat lain melakukannya.
Oleh karena itu bagi para orang tua ajarilah anak-anak berpuasa, dimulai setengah hari sampai satu hari penuh hingga sempurna satu bulan. Dengan demikian puasa tidak lagi menjadi perkara yang sulit dilakoni anak-anak tercinta yang merupakan anugerah dan amanah dari Allah swt. []