MANAKALA manusia berbuat sesuatu untuk keuntungan material semata, tanpa disadari sesungguhnya ia telah menciptakan penjara untuk dirinya sendiri, mengisolir diri tanpa dapat disentuh. Pada akhirnya nanti ia akan menyadari bahwa uang perak ataupun uang emas hanyalah sebuah tanah. Kendatipun manusia tercipta dari tanah, namun tanah pun hidup untuk hidup manusia. Kebesaran dan makna hidup manusia tidak mungkin terus menerus tersembunyi dibalik kekayaan materi. Betapa banyak manusia yang "super kaya" bak Qarun, dan betapa sedikit manusia sejelata Abu Bakar Shiddiq. Qarun terus saja menimbun emas, permata, bahkan dosa-dosanya, sampai akhirnya kerak bumi menenggelamkannya hidup-hidup bersama seluruh kekayaannya.
Lain Qarun, lain pula sayyidina Abu Bakar. Ketika beliau hendak berhijrah, ia ditanya Rasulullah saw, gerangan apa yang ia tinggalkan untuk anak-anaknya? Ia menjawab: "untuk mereka, aku tinggalkan Allah dan Rasul-Nya."
Memang, harta mampu membeli loyalitas namun tak mampu membeli pertemanan. Benar memang bahwa harta mampu membeli kepatuhan, tapi ia gagal membeli cinta. Harta juga bisa memotivasi orang untuk berderma, namun tak akan mampu membeli keikhlasan. Begitulah.
Memang, harta menjadi media paling cepat untuk beroleh prestise dan pemenuhan kehendak. Kadang banyak orang berfikir bahwa orang-orang kaya terlahir karena mereka memiliki talensi dan kemampuan otak berlebih dibanding orang lain. Dulu, pernah Abu Thabib Al Mutanabbi menjawab asumsi-asumsi seperti ini. Ia katakan, tak pernah ada hubungan yang intim antara kecerdasan dan kekayaan. Buktinya, binatang juga diberikan banyak rezeki kendatipun 'otaknya' begitu adanya.
Terkadang saya berfikir, jutaan umat manusia di kolong langit ini seluruhnya ingin membeli AIR MATA CINTA, namun mereka sulit mendapatkannya. Ada apa gerangan?
Al-Quran telah menyingggung bahwa itu akibat lemahnya kemampuan manusia untuk mewujudkan cinta atau menyatukan hati. Makanya, ketika berbicara tentang mukjizat iman, Allah swt berfirman:
dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allahlah yang telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Anfal: 62-63).
Dengan ayat ini, harta dan kekayaan diletakkan di tempat asalnya berpondasikan iman. Jadi, imanlah terlebih dahulu terpajang. Dan, diantara daftar terakhir terpampang pula tanah, pada tempatnya.
Taufik Munir www.religiusta.multiply.com www.zonastudi.co.cc |