KURANG LEBIH 14 Abad yang lalu seharusnya dunia ini sudah dihancurkan Allah Swt. Betapa tidak! Tidak ada sejengkal tanah pun di atas muka bumi ini kecuali dipenuhi oleh kemaksiatan dan kedurhakaan terhadap Allah. Sementara nama Allah sudah hampir tidak disebut-sebut lagi di belahan bumi manapun.
Romawi yang hebat dan terkenal dengan sistem kerajaannya, nyatanya hanyalah sebuah mesin penindasan yang paling ganas terhadap rakyatnya sendiri. Sistem perpajakannya yang zalim menjadikan seluruh rakyatnya tidak mampu membayar pajak, meski bekerja keras sepanjang tahun. Parsi pula adalah pusat kemaksiatan dan kedurhakaan tiada tara di atas muka bumi ini. Kemusyrikan Majusi bersanding rapat dengan kesombongan dan kemaksiatan yang berpusat pada istana-istana Kisra Parsi sendiri. Sementara India yang musyrik telah menggantikan kedudukan Allah dengan ribuan sembahan. Bahkan binatang seperti sapi, gajah, elang, ularpun mereka jadikan tuhan. Sementara sistem kasta India yang zalim masih dapat kita saksikan sampai zaman kita hari ini. Lalu, bangsa Arab apa kurangnya. Di sana tiada siapa lagi yang dapat mengenal definisi kebenaran. Sebab kosakata itu telah ribuan tahun lamanya tertimbun debu sejarah.
Bukankah tidak salah jika Allah hancurkan bumi saat itu? Allah pernah menghancurkan kaum Aad dan Tsamud dan kaum Luth hanya karena syirik plus satu kedurhakaan? Maka siapa yang dapat menghalangi Allah untuk menghancurkan dunia yang sudah dipenuhi oleh kemusyrikan berbungkus ratusan jenis kedurhakaan! Namun Allah sendiri yang telah menetapkan atas Zat-Nya, rahmat dan kasih sayang. Bahkan Nabi SAW menerangkan bahwa rahmat Allah lebih luas dari kemurkaan-Nya. Maka Allah tidak menghukum manusia atas dosa mereka saat itu. Bahkan sebaliknya diteteskannya ke atas mukabumi yang panas ini setetes embun dari pelimbahan kasih-Nya. Itulah Muhammad SAW. Bulan ini kita mengenang dan mensyukuri kembali peristiwa kelahiran itu. Kelahiran yang mengakibatkan terpadamnya api sembahan di biara-biara Majusi, menggoncangkan istana-istana kisra Parsi serta meruntuhkan puluhan gereja di Buhairah. Kelahiran yang membungkam kesombongan jin Ifrit dan pasukan intelnya, yang pasca kelahiran itu tidak bisa lagi mencuri berita dari langit. Kelahiran yang disambut gembira oleh seluruh makhluk Allah di langit dan di bumi.
Sudah seimbangkah kesyukuran dan kegembiraan kita terhadap kelahiran Nabi Saw dengan kegembiraan Abu Lahab yang terkutuk? Dia yang namanya dikutuk Allah sampai kiamat dalam surah Al-Lahab pernah gembira mendengar kelahiran Rasulullah Saw. Sampai-sampai Tsuwaibah budak Perempuan yang menyampaikan berita itu dimerdekakannya serta merta!
Umat Yahudi yang terbebaskan dari kejaran Firaun pada tanggal 10 Muharam menjabarkan kesyukurannya dengan berpuasa, bersedekah, dan berbuat amal kebajikan pada tanggal itu. Menyaksikan hal tersebut, Rasulullah Saw langsung mengesahkannya sebagai sebuah kesyukuran yang patut pula dilaksanakan oleh umat Islam. Lalu mengapa kegembiraan akan selamatnya seluruh umat manusia dari azab Allah dengan kelahiran Rasulullah Saw tidak boleh diekspresikan dengan memberikan makan fakir miskin, membaca sirah perjalanan hidupnya, bersedekah, dan membuat amal kebajikan pada hari tersebut?
Justru itulah Imam Ibnu Hajar, An-Nawawi dan As-Suyuti bahkan mensunnahkan perayaan Maulid Nabi Saw. Sepengetahuan penulis tidak pernah terdengar seorangpun ulama salaf dari zaman dahulu yang mengharamkan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Lucunya orang zaman sekarang justru banyak yang berani membid'ahkan hal ini dengan merujuk pendapat ulama-ulama zaman sekarang.
Tinggalkanlah polemik mengenai itu.
Hari ini, marilah kita mengenang tangisan Rasulullah Saw saat tubuhnya yang suci berlumuran darah dilempari batu oleh penduduk Taif. Dekatkan telinga kita ke bibirnya yang harum saat beliau merintihkan sakitnya kepada Allah seraya berkata: "Duhai Allah, karuniakan petunjuk-Mu pada umatku, karena sesungguhnya mereka belum menyadari."
Hari ini, marilah kita berdiri di sampingnya saat Abu Jahal mencaci maki Rasulullah dan memukul kepala beliau dengan batu hingga berdarah. Duhai.. tinggallah sebentar bersamanya saat Abu Lahab, paman yang tadinya amat menyayanginya, tiada henti menghinanya sebagai orang gila dan tukang sihir. Atau saat Uqbah bin Mu'ith mencabik-cabik baju Nabi Saw dan meludahi wajahnya yang suci? Allahummashalli 'ala sayyidina wa habibina wa mawlana Muhammad, wa 'ala aalihi wa sahbihiajma'in.
Tidak ada yang diharapkan Nabi saat ia menanggung semua penderitaan itu, kecuali agar kita umatnya meyakini ajarannya dan mengikuti sunnah-sunnahnya. Jika kita mengamalkan ajarannya dan melaksanakan sunnahnya, maka benarlah cinta kita kepadanya. Jika sebaliknya.. jangan harap kita dapat melihat wajahnya di duniaini, apalagi di akhirat nanti. Bahkan nauzubillah, beliau tidak akan berkenan memberikan seteguk air pun dari telaga al-Kautsar saat kehausan mencekik leher dan jantung di padang Mahsyar. Padahal seteguk saja air tersebut kita minum dari tangan beliau yang harum, hilanglah dahaga kita sampai masuk kedalam syurga.
Rindu kami padamu Ya Rasul
Rindu tiada terperi
Berabad jarak darimu ya Rasul
Serasa dikau di sini.
H.Arsil Ibrahim, MA