Hukum Taklifi mengandungi 5 hukum yaitu:
1. Wajib
2. Haram
3. Makruh
4. Harus
5. Sunat
WAJIB ( Iijab)
ialah tuntutan syara' kepada mukallaf untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti (jazm). Sekiranya tidak dilaksanakan, dia akan berdosa. Jika dilaksanakan mendapat pahala. Contohnya: solat lima waktu. Firman Allah SWT :
"Dirikanlah solat dan keluarkan zakat".
Ayat di atas menjelaskan bahwa solat dan zakat itu adalah WAJIB kerana ia satu bentuk tuntutan yang pasti (jazm) yaitu berdasarkan dalil qath'i, yaitu al-Quran al-Kariim.
Para ulama' mazhab Hanafi membedakan antara wajib dan fardhu. Jika tuntutan supaya melakukan sesuatu dalam bentuk pasti berdasarkan al-Quran dan Hadis Mutawatir, maka ia dinamakan FARDHU. Jika berdasarkan dalil-dalil lain, selain dari al-Quran dan Hadis, maka ia dinamakan WAJIB.
Contohnya, membaca surah dalam solat adalah FARDHU kerana ia berdasarkan dalil qath'i yaitu al-Quran. Sementara membaca surah al-Fatihah pula adalah WAJIB kerana ia berdasarkan dalil yang zanni yaitu HADIS AHAD.
HARAM
ialah tuntutan syara' supaya meninggalkan sesuatu perbuatan dengan tuntutan pasti (jazmun). Sekiranya seseorang mukallaf itu melakukannya, dia akan berdosa. sebaliknya jika ditinggalkan berdosa.
Contohnya, larangan mengumpat.
Firman Allah SWT;
.".. dan janganlah sebahagian dari kamu mengumpat sebahagian yang lain" ayat 12 surah al-Hujarat
Ayat di atas menjelaskan bahwa mengumpat itu adalah HARAM kerana ia satu bentuk tuntutan yang pasti (jazmun) yaitu berdasarkan dalil qat'i, al-Quran al-Kariim.
MAKRUH
Sesuatu perkara yang mana lebih afdhal (utama) ditinggalkan dari dilakukan atau apa yg dituntut oleh syara' kepada setiap mukallaf supaya ditinggalkan (bukan dgn ilzam), di mana lafaz adalah lafaz benci @ larangan tetapi terdapat qarinah yang menunjukkan ia bukanlah haram, tetapi Makruh.
Contoh.
1. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Al-Maidah : 101.
Qarinah daripada hukum Haram kepada hukum Makruh berdasarkan..
Dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Al-Maidah : 101.
Hukum Makruh ialah pembuatnya tidak berdosa, tetapi hanya dicela. Sesiapa yang meninggalkannya (tidak membuat perkara tersebut) akan mendapat pahala dan pujian drp Allah SWT.
MUBAH (BOLEH)
Sesuatu perkara yang mana syara' telah memberi pilihan kepada setiap mukallaf baik untuk melakukannya atau meninggalkannya. Tidak ada pujian dan celaan kepada siapapun yang melakukannya atau meninggalkannya. Jadi hukumnya adalah HALAL.
Contohnya…
Pada hari Ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan[402] diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu Telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. barangsiapa yang kafir sesudah beriman (Tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi. (QS. Al-Maidah: 5)
Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan Ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (Al-Baqarah : 235)
Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya[1051] atau dirumah kawan-kawanmu. tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (An-Nuur: 61)
SUNAT (MANDUB)
Apa yang dituntut oleh syara' utk melakukannya dengan lafaz tidak jazmun (tidak qat'ie), yaitu dengan memuji org yang melakukannya dengan mengurniakan pahala, tidak mencela dan tidak berdosa org yang meninggalkannya.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Al-Baqarah : 282.
Lafaz di atas menunjukkan lafaz tuntutan yang pasti (jazmun) tetapi terdapat qarinah ….
. ….. Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) Al-Baqarah : 283
Nas al-Quran di atas (al-Baqarah: 283) menunjukkan bahwa tuntutan untuk menulis/mencatat hutang adalah Sunat (Mandub) bukannya Wajib.
"hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka". An-Nuur : 33.
Ayat di atas juga menunjukkan TIDAK WAJIB menulis/membuat perjanjian dengan adanya Qarinah berdasarkan kaedah syara' “Sesungguhnya pemilik harta mempunyai kebebasan dalam mengurus/membelanjakan hartanya”
Sunat (Mandub) juga diistilahkan sebagai AS-SUNNAH, AN-NAAFILAH, AL-MUSTAHAB, AT-TATHAUU’, AL-IHSAN dan AL-FADHILAH.