07 Januari, 2016

SAUDI DANAI GULINGKAN MURSI, HANCURKAN YAMAN DAN TURKI

Syekh Nimr tewas dipancung (dan sebelumnya, ternyata dia disiksa dulu hingga tangan dan kakinya patah, dan jasadnya tidak dikembalikan ke keluarganya). Keponakannya, Ali Mohammed al-Nimr yang berusia 17 tahun juga telah dijatuhi vonis pancung dan lalu setelah tewas, badannya akan disalib. Hukuman macam apa ini?! Kesalahan Ali karena ikut demo memprotes pemerintah. Nasib Ali belum diketahui.

Saya membuka youtube, mendengarkan ceramahnya yang memang frontal mengkritik pemerintah. Tapi dia jauh berbeda dengan Syekh ‘Arifi yang berpidato berapi-api sampai berkeringat, menyerukan angkat senjata (tentu saja bukan untuk menggulingkan Arab Saudi, tapi Assad). Dia justru menyerukan agar “melawan senjata dengan teriakan”. Saya baca lagi berbagai berita, membandingkan mana yang kelihatan netral, mana yang jelas sekali membela Bani Saud. Kesimpulan saya, memang dia tak pernah angkat senjata, membentuk pasukan, apalagi bergabung dengan Al Qaida/ISIS. Dia hanya “berteriak” (berceramah, mengkritik pemerintah).

Berbagai website berlabel Islam beramai-ramai memuat berita yang menjelek-jelekkan Syekh Nimr (sehingga pantas untuk dipenggal). Seorang profesor Indonesia yang jadi rujukan banyak orang soal kondisi domestik Arab Saudi juga berputar-putar menulis, yang ujungnya satu: Syekh Nimr sah saja dipancung.

Saya tanya kepada mereka yang setuju pada hukuman pancung atas Syekh Nimr: apa kalian setuju bila ustadz Abu Jibril, Felix Siaw, atau Jonru dipancung? Pasti jawabannya tidak. Mana tega kita bila Felix, ustadz imut-imut anti-foto-sefie dan penulis buku imut-pink ‘Udah Putusin Aja’ itu dipancung. Ya kan?

Lalu mengapa kalian setuju Syekh Nimr dipancung? Meski mazhab Abu Jibril, Felix, dan Jonru berbeda dari Syekh Nimr, bukankah yang mereka lakukan sama saja: pidato/ceramah mengkritik rezim penguasa? Mereka menyebut pemerintah neoliberal, antek Barat, thogut (bahkan ada yang menghina dan memfitnah presiden, tau siapa dia kan?). Mereka meminta Pancasila dan UUD 45 diganti jadi sistem syariah versi mereka. Mereka bilang nasionalisme itu tidak ada dalam Islam. Bahkan, ada banyak ustadz di Indonesia yang mendukung ISIS. Bukan main-main, ini sudah makar tingkat tinggi: menyeru perang, jihad, berbaiat kepada entitas ‘pemerintahan’ asing. Apa kalian setuju bila para ustadz itu dipancung juga?

Saya juga heran pada situs-situs simpatisan Ikhwanul Muslimin (dan para ustadznya) yang memburuk-burukkan Syekh Nimr untuk membela Arab Saudi. Bukannya tahun 2013 kalian marah-marah pada Arab Saudi yang memberikan bantuan intelijen, dana, dan diplomatik dalam kudeta terhadap idola kalian yang hafiz Quran itu (Presiden Mursi)? Secepat itukah kalian lupa pada Mursi dan para petinggi IM yang dijatuhi hukuman mati? Lupakah kalian bahwa tahun 2014 Arab Saudi malah menjadikan organisasi suci kalian (IM) sebagai organisasi teroris?

Berbagai situs Islam tiba-tiba saja memberitakan pembelaan kepada Arab Saudi dengan narasi “Iran pun menggantung warga Sunni”. Dapat bayarankah kalian? Kok beritanya mirip-mirip dan disiarkan serempak? Bahkan Detik.com, yang beberapa waktu lalu menurunkan serial liputan langsung dari Iran yang sangat simpatik; sebelumnya juga pernah menulis liputan khusus tentang Iran, saya salah satu narsumnya, tiba-tiba menulis soal ‘penindasan Syiah terhadap Sunni Iran’.

Pertama-tama, faktanya tidak valid, saya bisa panjang lebar menulis soal ini. Tapi sudahlah, anggap saja Iran itu paling kafir sedunia dan tukang bunuh Sunni paling banyak sedunia, apa bisa dijadikan pembenaran bagi Arab Saudi? Bisakah seorang maling bernama Fulan membela diri “saya jangan disalahkan karena maling, toh si Anu juga maling!” Kesalahan si Anu tidak bisa dijadikan pembenaran bagi kesalahan si Fulan. Salah ya salah. Ga usah ngeles.

Pertama-tama, faktanya tidak valid, saya bisa panjang lebar menulis soal ini. Tapi sudahlah, anggap saja Iran itu paling kafir sedunia dan tukang bunuh Sunni paling banyak sedunia, apa bisa dijadikan pembenaran bagi Arab Saudi? Bisakah seorang maling bernama Fulan membela diri “saya jangan disalahkan karena maling, toh si Anu juga maling!” Kesalahan si Anu tidak bisa dijadikan pembenaran bagi kesalahan si Fulan. Salah ya salah. Ga usah ngeles.

Berita terbaru: di India, kaum Hindu pun ikut dalam demo besar-besaran memprotes pemenggalan Syekh Nimr. Swiss –yang liberal dan sekuler—men-summon Dubes Arab Saudi. Sekjen PBB pun protes. Bahkan Wakil PM Turki juga sudah menyatakan penentangannya pada pemancungan itu.
Jadi Pak Profesor, masbro, mbaksis, cobalah jujur menjawab pertanyaan sederhana ini: apakah ceramah dan demo mengkritik pemerintah boleh dijatuhi hukuman pancung?

RUSLI AHMAD ZAHRI
DINASULAEMAN.WORDPRESS.COM



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk meluangkan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan pesan.