07 Agustus, 2012

Melarang Tadarusan? Oye!!!


Seberapa pentingkah orang-orang mengharamkan tadarus al-Quran dengan pengeras suara? Akibat fatwa-fatwa "menyesatkan" dari oknum-oknum tokoh masyarakat, Islam kehilangan generasi-generasi baru Pencinta al-Quran, dan Ramadhan menjadi sepi tanpa tilawah al-Quran. Sudah tiba saatnya kita semua rubah kebiasaan buruk berfatwa tanpa dasar agama.

Orang sekarang kan terlalu pusing dengan asumsi atau dugaan-dugaan yang salah tentang Quran atau pembaca al-Quran. Kata mereka, sudahkah layak bacaannya? Sudahkah sesuai dengan kaidah-kaidah membaca atau tajwid? Orang yang tidak layak membaca, kata mereka, akan mencederai kalimat-kalimat al-Quran itu sendiri.

Itulah alasan mengapa banyak orang melarang-larang membaca al-Quran dengan pengeras suara, termasuk para ustadz atau orang2 yang kita anggap sebagai panutan.

Masya Allah. Begitukah mereka  berfikir? Jadi, setiap manusia tidak diperkenankan salah dalam bertindak, salah dalam berbicara, bahkan salah dalam membaca al-Quran. Sebegitu hebatkah para kiyai sehingga bacaannya tidak pernah salah? Dan sebegitu kejamkah al-Quran sehingga akan menghukum siapa saja yang bacaannya salah?

Tidak. Tentu saja tidak. Kesalahan adalah hal biasa, dan Allah akan mengampuni siapapun yang pernah salah, dan memberikan pahala berlipat ganda bagi siapa saja yang berusaha menghindar dari salah, sehingga hari ini atau besok kita sudah tidak lagi salah.  

Baiklah, jika memang ada yang beranggapan kesalahan itu suatu dosa, pertanyaannya: apakah pendengarnya juga berdosa?

Saya ingin tegaskan, bahwa orang yang mendengar bacaan yang salah tidak pernah terkena dosa sama sekali. Siapapun tidak akan pernah terpidana atas sebuah kesalahan orang lain.Silakan pahami pengertian la'allakum turhamun. La'allakum turhamun artinya "pasti kalian diberikan rahmat". "Kalian" yang dimaksud di sini adalah para pendengar al-Quran, baik kita dengar secara langsung ataupun melalui speaker, tanpa ada takhsis (pengkhususan) sama sekali.

Jika memang pendengar al-Quran tidak dibebani dosa sama sekali, mengapa harus larang-larang?

Sekarang kita merasakan betapa sepinya Ramadhan, akibat oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Ramadhan adalah syahrul Quran (bulan pesta pora dalam membaca Quran), tapi nyatanya kita tak pernah merasakan adanya ruh Ramadhan setiap malamnya. Siang hari? Komo!

Terlalu besar resiko yang harus kita tanggung akibat larangan membaca al-Quran, apalagi terhadap orang-orang yang masih awam membaca al-Quran. Ada baiknya berikan dia motivasi terus sampai bisa, atau ANDA sendirilah yang HARUS menggantikannya membaca karena Anda sendiri yang melarang.

Jika saat ini begitu sepinya tadarus al-Quran di masjid-masjid dan musholla, betapa kita merasakan ramainya anak-anak muda, para remaja dan ABG yang gegap gempita gonjrang-ganjreng bermain musik di pinggiran jalan, di kampung-kampung, bahkan menembus keheningan malam. Hebatnya, TAK SEORANGPUN dari tokoh agama yang melarangnya. Naudzu billah.

Bayangkanlah oleh Anda, manakah yang lebih berdosa, membaca al-Quran yang salah, atau melarang orang baca Quran???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk meluangkan membaca artikel ini. Silakan tinggalkan pesan.