30 Oktober, 2015

55 CIRI JAMAAH EKSKLUSIF BERFAHAM TEROR


Inilah ciri-ciri atau tanda-tanda faham ekstrem yang menggerogoti kelompok Ahlus Sunnah Wal Jamaah (kelompok mayoritas umat Islam dunia). Biasanya kelompok ini dinamakan Wahabiyah, mengambil penamaan dari nama pendirinya yaitu Muhammad bin Abdul Wahab. Karena kelompok ini mendapat penolakan keras dari kaum Sunni, mereka memasang strategi baru dengan merubah nama mereka menjadi 'kaum salafi' dengan jargonnya yang terkenal: kembali kepada Quran dan Sunnah. 
Namun umat Islam tidak bisa dikelabui, 'kaum salafi' atau 'kembali kepada QUran dan Sunnah' hanya nama dan jargon semata. Kelompok yang satu ini ternyata jauh dari nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil-'alamin, bertentangan dengan Sunnah dan Kaum Salafi, dan tentu saja sangat meresahkan umat Islam.

Berikut ini ciri-ciri umum kelompok mereka:

http://taufiqmunir.blogspot.com/2015/11/karena-miskin-seorang-ibu-memasak-batu.html
1. Golongan ini membawa Aqidah atau keyakinan agama Jews (yahudi) dengan menyatakan "Allah duduk di atas Arasy" atau "Allah bersemayam di atas Arasy".
2. Golongan yang beriman kepada satu ayat al-Quran, tapi juga ingkar terhadap satu ayat yang lainnya.
3. Golongan yang menolak ta'wil pada pada suatu ayat, tapi justru membolehkan ta'wil pada ayat yang lain bila ayat tersebut dirasa 'sesuai' dengan nafsu mereka.
4. Golongan yang menafikan Kenabian Nabi Adam alaihissalam.
5. Golongan yang menyatakan bahwa Alam ini Qidam. Paham ini merujuk pada pandangan Ibnu Taimiyyah.
6. Golongan yang mengkafirkan Imam Abu Hasan Al-Asya’rie (imam yang sangat dihormati kalangan ahlussunnah wal jamaah). Golongan ini juga mengkafirkan seluruh Ummat Islam yang berpegang kepada method Aqidah yang telah disusuh oleh Imam tersebut.
7. Golongan yang mengkafirkan Sultan Sholahuddin Al-Ayyubi dan Sultan Muhammad Al-Fateh yang merupakan tokoh pejuang dan pahlawan bagi seluruh umat Islam karena tak pernah kalah dalam setiap berjihad di jalan Allah.
8. Golongan yang mengkafirkan Imam An-Nawawi dan Seluruh Ulama’ Islam yang mengikut golongan Asya’irah dan Maturidiyyah.
9. Golongan yang mengdhoifkan hadi-hadis shohih dan mengshohihkan hadis-hadis dhoif (silakan diteliti: selalu merujuk pada penulisan Albani, padahal Al-Albani bukan Muhaddits atau pakar Hadis, tapi ustadz biasa/mantan ahli refarasi jam tangan).
10. Golongan yang tidak mempelajari ilmu dari Guru, Syeikh, atau ulama besar, melainkan hanya membaca saja.
11. Golongan yang mengharamkan bermusafir ke Madinah dengan niat ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Mereka juga merubah kitab-kitab para ulama tentang "Ziarah ke Makam Nabi saw" dengan "Berziarah ke Masjid Nabawi"
12. Golongan yang membunuh Ummat Islam beramai-ramai di Mekah, Madinah, dan beberapa kawasan di tanah Hijaz (silakan baca "tarikh najd". Dalam buku ini mereka bangga membunuh umat Islam atas nama jihad melawan kaum kafir).
13. Golongan yang meminta bantuan Askar dan Senjata pihak Inggrris sewaktu kalah perang ketika mereka mahu menjajah Mekah dan Madinah.(silakan juga amati setiap peperangan yang melibatkan Arab Saudi)
14. Golongan yang menghancurkan turats (sejarah peninggalan) Ummat Islam di Mekah dan Madinah. (lihat kawasan perkuburan Jannatul Baqi’, Bukit Uhud dan sebagainya. Semua rata dengan tanah)
15. Golongan yang membenci kaum ahlul bait (menurut mereka: semua ahlul bait syiah/sesat)
16. Golongan yang menentang ijma’ para Sahabat, Tabi’in, Salaf, khalaf dan seluruh Ulama’ Ahlus sunnah wal jamaah.
17. Golongan yang berdakwah "Aqal tidak boleh digunakan dalam dalil syara' dengan menolak fungsi Aqal.(Padahal ayat-ayat Al-Quran menganjurkan penggunaan akal)
18. Golongan yang mengejar syuhrah (pangkat, nama, promosi,kemasyhuran) dengan menggunakan pemahaman yang keliru terhadap Al-Quran dan As-Sunnah. (Malah Al-Quran
dan As-Sunnah bebas daripada apa yang wahabi koar-koarkan)
19. Golongan yang mengdhoifkan hadis solat terawikh 20 rakaat.(Lihat Hadis-hadis Albani dan Kitab-kitab gratis atau buku-buku terjemahan yang beredar di tanah air).
20. Golongan yang mengharamkan menggunakan Tasbih (Lihat fatwa Albani atau ulama-ulama wahabi)
21. Golongan yang mengharamkan berpuasa pada hari sabtu walaupun hari Arafah atuh pada hari tersebut.(Albani)
22. Golongan yang melecehkan Imam Abu Hanifah R.A.(Albani)
23. Golongan yang mendakwa Allah memenuhi alam ini dan menghina Allah dengan meletakkan anggota pada Allah SWT.
24. Golongan yang mendakwa Nabi Muhammad SAW tidak hayyan (hidup) di kubur Nabi Muhammad SAW.(Albani)
25. Golongan yang melarang membaca “Sayyidina” dan menganggap perbuatan itu bid’ah sesat, sekalipun tidak ada ulama yang mengharamkan membaca sayyidina, bahkan menganjurkannya.
26. Golongan yang mengingkari membaca Al-Quran untuk si mati dan membaca Talqin.
27. Golongan yang melarang membaca shalawat sesudah azan.(Albani)
28. Golongan yang mengatakan Syurga dan Neraka ini fana, alias tidak akan kekal.(ibn Taimiyyah)
29. Golongan yang mengatakan lafaz talaq tiga tidak jatuh, jika “aku talaq kamu dengan talaq tiga “. (ibn Taimiyyah.
30. Golongan yang Mengisbatkan/menetapkan tempat bagi Allah, mengatakan Allah turun seperti turunnya manusia/dirinya. (Ibn Taimiyyah)
31. Golongan yang menggunakan uang Rupiah untuk menggerakkan ajaran sesat mereka, membuat tadlis (penipuan dan pengeditan massal) terhadap kitab-kitab para ulama’ yang tidak sesuai dengan pendapat mereka.
32. Golongan yang mengkafirkan siapa saja orang Islam yang menetap di Palestina sekarang ini.(Albani)
33. Golongan yang membid’ahkan seluruh ummat Islam.
34. Golongan yang menghukumkan syirik terhadap amalan ummat Islam.
35. Golongan yang membawa ajaran "Tauhid ada Tiga" dan tidak pernah diajar oleh Nabi Muhamad SAW. (Ibn Taimiyyah)
36. Golongan yang mengatakan bahawa Abu Jahal dan Abu Lahab juga mempunyai Tauhid. Padahal Rasulullah saw. tidak pernah mengajarkan begini atau pun para Sahabat Nabi (Lihat fatwa Muhamad abd Wahab, sang pendiri ajaran Wahabiyah)
37. Golongan yang membolehkan memakai lambang “salib” hanya semata-mata untuk mujamalah (untuk basa-basi) atau untuk urusan rasmi kerajaan, ianya tidak kufur. (Fatwa Bin Baz)
38. Golongan yang membiayai keuangan prajurit Kaum Kuffar untuk membunuh Ummat Islam dan melindungi negara mereka. (kerajaan Wahabi Saudi)
39. Golongan yang memberikan perusahaan-perusahaan Yahudi memasuki Tanah Haram.(Kerajaan Wahabi Saudi)
40. Golongan yang memecahbelah Ummat Islam dan institusi kekeluargaan.
41. Golongan yang mengharamkan Maulud dan bacaan-bacaan barzanji, serta marhaban.
42. Golongan yang menghalalkan menggabungkan diri atas nama jihad walaupun orang kafir awam (dzimmi) yang tidak bersenjata mati. (selain di Palastine)
43. Golongan yang menghalalkan darah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Asya’irah dan Maturidiyyah. Lihat di Lebanon, Chechnya, Algeria, Irak, Iran, Sudan, Suriah, Yaman dan beberapa negara yang lain.
44. Golongan yang menimbulkan fitnah terhadap Ummat Islam dan mencemarkan nama baik & kemurnian agama Islam.
45. Golongan yang membuat kekacauan di Fathani, Thailand.
46. Golongan yang sesat-menyesatkan tradisi yang baik masyarakat Indonesia.
47. Golongan yang meninggalkan ajaran dan ilmu-ilmu Ulama’ Ahlussunnah Wal Jamaah yang muktabar.
48. Golongan yang meninggalkan methodologi ilmu Ahlussunnah Wal Jamaah .
49. Golongan yang Minoritas di dunia, malah baru setahun jagung, tapi berbangga diri dengan kelompoknya.
50. Golongan yang menuduh orang lain sesat dengan tujuan melarikan diri atau menyembunyikan diri dari kesesatan mereka.
51. Golongan yang awam, tidak tuntas mempelajari ilmu-ilmu Agama, tetapi percaya diri membuat fatwa sesuka hati mereka.
52. Golongan yang melarang bertaqlid, tetapi mereka lebih bertaqlid kepada mazhab sesat mereka.(sehinggakan shalatpun guna mazhab Albani saja)
53. Golongan yang secara fisiknya berjubah, berkopiah, singkat jubah, janggut panjang, tetapi berliwat, tidak menghormati ulama’, mengutuk para Alim Ulama’, tidak amanah dengan
Ilmu dan Agama Islam.
54. Golongan yang tak punya hujjah dalam ajaran mereka, hanya membeo terhadap ustadz mereka saja.
55. Golongan yang membawa jaran sesat Ibn Taimiyyah/Muhamad Ibn Abd Wahab, kedua tokoh ini telah dicemooh, ditentang, dijawab dan dikafirkan oleh Jumhur Ulama’ Ahlussunnah Wal Jamaah
atas dasar Aqidah mereka yang Sesat.

23 Oktober, 2015

KH. MUSTHAFA YA'QUB (PAKAR HADIS): SAYA MENCIUM ULAMA RIBUAN KALI

Satu Orang rekan bertanya terhadap Kiai Ali Mustafa Ya'qub, seseorang pakar hadits Indonesia yg pula Imam Besar Masjid Istiqlal: 
http://taufiqmunir.blogspot.co.id/2015/10/kh-musthafa-yaqub-pakar-hadis-saya.html
“Pada waktu rombongan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghadap Presiden Soeharto, Ustadz menganjurkan biar kelak disaat bersalaman bersama Pak Harto, para ulama tak membungkuk atau menundukkan kepala. Nyatanya dikala berjabat dgn Gus Dur, Ustadz bukan saja membungkuk, tapi justeru mencium tangan Gus Dur. Ini membuktikan bahwa Ustadz tak tetap kepada opini Ustadz. Gimana perihal ini dapat berjalan?”

Kiai Ali Mustafa Ya’qub menjawab: “Benar sekali yg kamu sebutkan itu. Pada ketika MUI menghadap Pak Harto, kami memang lah punyai sikap seperti itu. Sikap itu kami ambil dari keterangan Imam An-Nawawi dlm kitab At-Tibyan fi Adab Hamalah Al-Qur’an, di mana di sana memaparkan bahwa diantara adab para ulama & pengajar Al-Quran itu ialah tak boleh menghinakan dirinya & ilmunya. Bagi kami, Presiden itu yaitu simbol kepemimpinan dunia, sedangkan ulama adalah simbol kepemimpinan agama atau akhirat. Pimpinan agama tak boleh merendahkan dia di hadapan pimpinan dunia, sebab hal ini berarti merendahkan agama itu sendiri. Bahkan ada satu buah hadits menjelaskan: “Seburuk-buruk umat-ku yaitu ulama yg sering mendatangi penguasa.” (HR. Ibn Majah).

Itulah opini kami berkenaan sikap yg mesti dipunyai oleh ulama pada para penguasa. Biarpun dgn catatan bahwa hal tersebut tak berarti meninggalkan sikap tawadhu. Ulama di hadapan penguasa tak boleh menghinakan beliau, namun mesti masihlah tawadhu. Sementara penguasa yg kami tujuan itu bukanlah penguasa yg sekaligus ulama, yg kepada saat itu merupakan Presiden Soeharto.

Karenanya, kusus buat Gus Dur, dirinya itu yakni ulama sebelum jadi presiden. Terlebih husus buat kami, Gus Dur itu ialah guru kami. Kami jadi murid dia sejak th 1971. Kami mempelajari Bahasa Arab & mengaji kitab Qatrun Nada dari diri beliau.”

Rekan kembali bertanya: “Tetapi Ustadz mencium tangan Gus Dur hingga dua kali. Demikian kami menonton di TV. Apakah ini tak berlebihan?”

Jawab Kiai Ali Mustafa Ya'qub: “Bukan Hanya dua kali kami mencium tangan Gus Dur, namun ribuan kali. Tiap-tiap kami berjumpa dirinya, sejak mula-mula kali kami berjumpa ia di Tebuireng th 1971, kami senantiasa mencium tangan ia. Mengenai mencium tangan dua kali dalam program tengah malam itu, okelah kami jelaskan, bahwa mencium tangan yg mula-mula itu atas inisiatif kami sendiri. Rasanya tak etis, dia itu guru kami, kami duduk dalam satu majelis dgn dirinya, setelah itu kami tak menyalami dia. Sementara dia tahu bahwa kami ada di majelis itu.

Sedangkan buat mencium tangan yg ke-2, lantaran kami dipanggil oleh dia, dia ingin menanyakan suatu istilah yg kami sebutkan dalam ceramah tadi. & apapun yg berjalan terhadap diri Gus Dur, baik ia jadi Presiden ataupun rakyat biasa, dirinya merupakan masih guru kami & kami yaitu santri atau murid dia yg dapat senantiasa menghormati ia, walau kami tak selamanya sependapat bersama dirinya. & bagi kami, faktor ini tak jadi masalah sebab para ulama dahulu tak selamnya sependapat dgn gurunya. Sebut saja contohnya, Imam Ahmad Badan Intelijen Negara Hanbal, dirinya yakni murid Imam Syafi’i. Tapi dalam berijtihad, Imam Ahmad Badan Intelijen Negara Hanbal tak selamanya sama bersama Imam Syafi’i. Bahkan seterusnya Imam Ahmad Badan Intelijen Negara Hanbal mempunyai madzhab sendiri dalam bagian fiqh.”

Rekan tanya : “Dalam amanatnya, Gus Dur menyebut-nyebut Ustadz sbg adik dalam pemikiran. Apa tujuan dirinya, sebab ada yg menuduh sampai kini dirinya berpikiran sekuler. Apakah Ustadz serta adik dalam pemikiran sekuler?”

Kiai Ali Mustafa Ya'qub memaparkan: “Sebenarnya ia sudah menuturkan sendiri apa yg ia tujuan dgn adik dalam pemikiran itu. Dia itu merupakan murid dari Prof. Dr. Muhammad Musthafa Azami, satu orang pakar ilmu hadits musim sekarang ini, kelahiran India. Dirinya tampaknya pun mengagumi Azami. Beliaulah orang yg mula-mula kali memperkenalkan nama Azami di Indonesia, adalah dalam program Dies Natalis Kampus Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang, terhadap th 1972.

Dirinya mengemukakan ceramah Dies Natalis dgn judul Sumbangan Milimeter Azami dalam Penyelidikan Hadits. Program Dies Natalis itu dihadiri oleh para pakar, para ulama & dua orang menteri saat itu, merupakan Menteri Agama H. A. Mukti Ali & Menteri Penerangan H. Budiarjo. Sementara kami sendiri disaat itu tetap yang merupakan mahasiswa Fakultas Syari’ah Kampus Hasyim Asy’ari.

Kala kami pulang dari mencari ilmu di Saudi Arabia kepada thn 1985, kami menemui Gus Dur di kantor PBNU. Kami ceritakan mengenai pertalian kami bersama Prof. Dr. Milimeter Azami, termasuk juga amanat ia pada kami buat menerjemahkan kitab-kitabnya. Gus Dur teramat tertarik kepada apa yg kami sampaikan, bahkan dirinya punyai kemauan utk mengundang Prof. Dr. Milimeter Azami satu buah dikala ke Indonesia. Gus Dur serta bercerita menyangkut ceramah Dies Natalis dirinya th 1972 itu yg menurut dirinya, “orang-orang nggak nyambung.” Itulah hubungan kami bersama Gus Dur yg ia sebut yang merupakan adik dalam pemikiran, adalah pemikiran Ilmu Hadits, bukan pemikiran yg lain.”
(Diadaptasi dari Ali Mustafa Yaqub, Kerukunan Umat dalam Perspektif Al-Qur’an & Hadis,(Jakarta : Pustaka Firdaus, Juli 2000), aspek. 103-108), via muslimoderat.com).

HARI SANTRI NASIONAL UNTUK INDONESIA

http://taufiqmunir.blogspot.com/2015/10/hari-ini-hari-santri-nasional-untuk.html
BEBERAPA berguna peringatan Hri Santri yg ditetapkan tiap-tiap 22 Oktober & sejak mulai diberlakukannya pada tahun ini? Kalau kita tanya ke kalangan Nahdliyin (warga NU), dengan cara acak di fasilitas sosial sanggup dgn gampang ditemui suara-suara riang. Keberadaan identitas santri yg kadung melekat terhadap ormas mereka, NU, seolah diteguhkan. Bersama peringatan ini, keberadaan santri dipercaya negeri kendati tak hingga ada penetapan hri libur nasional.

Diluar soal pernyatan eksistensi & peneguhan identitas, penetapan 22 Oktober juga sebagai Hri Santri Nasional tak terlepas dari pemenuhan janji politik Presiden Jokowi pada sebahagian elit NU selagi periode kampanye setahun dulu. Menjadikan 22 Oktober juga sebagai Hri Santri Nasional bertitik tolak dari histori resolusi jihad yg dipioniri Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri NU. Penetapan tanggal ini edit janji Joko Widodo yg mau menjadikan tiap-tiap 1 Muharam juga sebagai Hri Santri Nasional.Andil anasir NU, baik dengan cara personal ataukah mewakili kelembagaan, terang tak akan dimungkiri. Walau dengan cara Instansi NU bersikap netral selagi Pilpres 2014, deretan pengurusnya sendiri tetaplah manusia politik biasa. & keberadaan kader NU di badan pemerintahan berandil dalam menggolkan syiar keperluan grup bersama obsesi dapat jadi agenda nasional umat Islam.

Setali dgn Hri Santri Nasional, zaman pemerintahan waktu ini terbilang kondusif. Anasir NU menggencarkan ambisi pemikiran khas (semisal konsep Islam Nusantara) buat jadi rujukan bagi umat yang lain. Suatu kepercayaan diri kepada kebenaran yg dianut, & mudah-mudahan tak memaksakan penilaian terhadap kalangan lain sesama umat beriman.

Muhammadiyah, di lain pihak, lewat ketua kebanyakan, seperti dilansir page Republika, menolak penetapan Hri Santri Nasional. Alasannya, mengusik polarisasi santri & bukan-santri yg sejauh ini telah mencari. Muhammadiyah tak mau umat Islam kian terpolarisasi dalam kategorisasi santri & nonsantri.

“Buat apa menjadikan seremonial umat yg justru menciptakan kita terbelah?” ucap Haedar Nashir, sang ketua umum. Terkecuali itu, penetapan hri santri seakan tak mengindahkan agenda strategi umat yg lebih utama & besar, seperti kemiskinan umat & ketertinggalan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Pasti saja keberatan Muhammadiyah, & aspek umat Islam yang lain, enteng disanggah bagi yg menyokong kuat kemauan pemerintah. Bukan sebab alasannya lemah, atau argumentasi yg kurang ilmiah. Basis logika & dalil buat menolak ketidaksetujuan mungkin sebab politis belaka. Seandainya telah pokoknya, & lagi lalu sempat kadung berjanji di hadapan para kiai, bangunan logika & dalil agama tak lagi utama.

Merayakan Hri Santri Nasional kiranya telah menjadi takdir kenikmatan bagi NU di zaman waktu ini. Fakta ini tak boleh diusik oleh sesama saudaranya. Apalagi makna “santri” sejatinya tak identik bersama ormas tersebut. Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persatuan Islam, sampai gerakan-gerakan Islam kontemporer yg marak belakangan, tentu lah mempunyai pesantren bersama pesertanya disebut “santri”. Kalaupun ada klaim sepihak seperti sekian banyak bln dulu utk aktivitas kembali ke pondok pesantren juga sebagai ejawantah kalangan Islam tertentu, anggap saja itu kasus berlainan.

Bersama nikmat idenya diakomodasi, kiranya anasir umat bertenggang rasa terhadap NU. Tinggal menyalami & mengingatkan NU buat tak jumawa. Pengalaman tatkala masuk ke dalam system kekuasaan NASAKOM di bawah Presiden Sukarno mudah-mudahan bukan episode yg diabaikan demikian saja.

Hri ini benar-benar tak hingga menjadi juru resmi wakil agamawan Islam di tiap kebijakan Joko Widodo. Cuma saja, telah mafhum jika Joko Widodo mendapat area tersendiri di tidak sedikit kalangan Nahdliyin. Bersama dicanangkannya Hri Santri Nasional, NU sanggup betul-betul menjadi santri dalam arti sebenarnya tepat garis perjuangan otentik yg ditandaskan para pendiri.

Sebaliknya, NU tak boleh asyik bancakan bersama diambilnya ide-ide oleh pemerintahan sekarang ini. Islam Nusantara pass hadirkan gelontoran dana agung yg sukar dihindarkan; sejak mulai dari sebatas arena lomba sampai forum ilmiah.

Kali ini Hari Santri Nasional mudah-mudahan tak cuma bancakan duit rakyat demi seremonial penghormatan kepada grup yg kadung dimitoskan dapat representasikan seluruh kalangan, khususnya yg mendaku Ahlus-Sunnah Nusantara.

Disaat yg sama, baiknya Muhammadiyah & ormas atau aktivitas yang lain tak terlampaui berisik. Biarkan NU kali ini berada di “atas”. Toh kenikmatan yg bergelimang publisitas ini pasti ada pertanggungjawabannya kelak. []

22 Oktober, 2015

KEUTAMAAN BULAN MUHARAM

http://taufiqmunir.blogspot.co.id/2015/10/keutamaan-bulan-muharram.html
keutamaan bulan muharram


Muharram adalah bulan pertama kalender Hijriah dan merupakan salah satu dari empat bulan yang disucikan dalam Islam.

Etiket Muslim selama empat bulan suci
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya, jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan (dalam setahun), sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi; diantaranya ada empat bulan yang disucikan, (yaitu bulan 1, ke-7, 11 dan bulan ke-12 dalam kalender Islam). Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum Musyrikin semuanya, karena mereka memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertakwa". (At-Taubah 9:36)

Penjelasan: "... maka janganlah menzalimi dirimu sendiri di bulan yang empat itu"
Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan bahwa kalimat ini (janganlah menzalimi dirimu sendiri ...) disebutkan beberapa bulan, maka empat bulan tersebut dipilih dan dibuat sakral, sehingga dosa apapun yang diperbuat di bulan ini lebih serius, dan perbuatan baik akan mendapatkan penghargaan yang sangat besar.

Seperti apakah tahun Islam itu?
12 bulan yang terdiri dari tahun Islam adalah:

1. Muharram
2. Safar
3. Rabi 'al-awwal (Rabi' I)
4. Rabi 'al-thani (Rabi' II)
5. Jumada al-awwal (Jumada I)
6. Jumada al-thani (Jumada II)
7. Rajab
8. Sya'ban
9. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulkaidah
12. Dzulhijjah

Empat bulan Suci

Diriwayatkan oleh Abu Bakar (RA): Nabi (saw) mengatakan:
"(Pembagian waktu telah berubah ke bentuk aslinya yang saat ini ketika Allah menciptakan langit dan Bumi tahun ini dari dua belas bulan, dari mana empat bulan yang suci: Tiga berada di suksesi Dzul Qa 'da, Dzul -Hijja dan Muharram, dan (yang keempat adalah) Rajab dari (suku) Mudar yang datang antara Jumadi-ath-Thaniyah dan Muharram. "Muharram dinamakan demikian karena merupakan bulan sakral (Muharram) dan untuk menegaskan kesuciannya."
[Sahih Bukhari, Volume 4, Book 54, Number 419]

Sunnah-sunnah bulan Muharram 

Meningkatkan puasa nawaafil selama bulan Muharram.

Abu Huraira ra. melaporkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Puasa yang paling baik setelah Ramadhan adalah bulan Allah al-Muharram, dan shalat yang paling baik setelah apa yang diresepkan adalah doa pada malam hari." [Sahih Muslim, Book 006, Number 2611] 

Baca juga: HIKMAH DAN SUNAH PADA BULAN MUHARAM

Puasa pada WANITA

  • Makna sejarah Asyura
Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas: Ketika Nabi datang ke Madinah, ia menemukan (orang-orang Yahudi) puasa pada hari' Asyura '(yaitu 10 Muharram). Mereka selalu mengatakan: "Ini adalah hari besar di mana Allah menyelamatkan Musa dan umat Firaun dari tenggelam. Musa diamati puasa pada hari ini, sebagai tanda syukur kepada Allah." Rasulullah saw bersabda," Saya lebih dekat kepada Musa dari mereka." Jadi, Rasulullah saw mengamati puasa (pada hari itu) dan memerintahkan umat Islam untuk berpuasan karenanya. 
[Sahih Bukhari, Volume 4, Book 55, Number 609]

"Musa berpuasa pada hari ini" - 
Sebuah riwayat yang dilaporkan oleh Muslim menambahkan: "... sebagai tanda syukur kepada Allah, kami puasa pada hari ini." 
Menurut laporan yang diriwayatkan oleh al-Bukhari: "... jadi kami berpuasa pada hari ini untuk memuliakannya."

Sebuah versi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: "Ini adalah hari di mana Tabut menetap di Gunung Joodi, sehingga Nuh berpuasa hari ini sebagai tanda syukur."

Ia juga melaporkan bahwa Rasulullah saw. berpuasa pada 'Asyura' di Makkah, sebelum ia pindah ke Madinah. Ketika ia pindah ke Madinah, ia menemukan orang-orang Yahudi merayakannya, jadi Beliau bertanya kepada mereka mengapa? Mereka menjawab seperti yang dijelaskan dalam Hadis yang dikutip di atas. Dia memerintahkan umat Islam agar berbeda dari orang-orang Yahudi, yang mengambil hari tersebut sebagai pesta pora, seperti yang dilaporkan dalam hadits Abu Musa ra. yang mengatakan: 
"Orang-orang Yahudi yang digunakan untuk mengambil hari 'Asyura 'sebagai festival.
[menurut laporan diriwayatkan oleh Muslim: hari' Asyura 'dihormati oleh orang Yahudi, yang menganggapnya sebagai sebuah festival.

Kebajikan puasa 'Asyura'

Dikisahkan oleh Ibn 'Abbas "Saya tidak pernah melihat Nabi berusaha untuk berpuasa pada hari ini lebih daripada hari ini, hari' Asyura ', atau bulan ini, yaitu bulan Ramadhan" [Sahih Bukhari, Volume 3, Book 31, Number 224]
Rasulullah saw. bersabda: ". ... Untuk puasa hari 'Asyura', aku memohon agar Allah akan menerimanya sebagai kafarat (bagi dosa kami) untuk tahun yang akan datang"
[Sahih Muslim, Book 006, Number 2602].

Ini adalah dari karunia Allah terhadap kita: untuk berpuasa satu hari Dia memberi kita kafarat untuk dosa-dosa satu tahun.

Apa itu Hari 'Asyura'?
Al-Nawawi radhiyallahu 'anhu berkata: "Sahabat kami mengatakan: 'Asyura' adalah hari kesepuluh Muharram dan Taasoo'aa 'adalah hari kesembilan. Ini adalah pendapat kami, dan mayoritas ulama 
(al-Majmu ')

3. Hal ini mustahabb (dianjurkan) untuk berpuasa pada tanggal sembilan dan sepuluh, Taasoo'aa 'dengan' Asyura '. Ini adalah apa yang dikatakan Ahmad, dan itu adalah pendapat dari Ishaq. 
"Ibn 'Abbas melaporkan bahwa ketika Rasulullah saw. berpuasa pada hari' Asyura dan memerintahkan bahwa ia harus berpuasa, mereka (para sahabat) berkata kepadanya: Wahai Rasulullah, itu adalah hari, yang orang-orang Yahudi dan Kristen terus di harga tinggi. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Ketika tahun nanti datang, insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9. Tetapi Rasulullah saw. wafat sebelum datangnya tahun depan . 
[Sahih Muslim, Book 006, Number 2528]


Mengapa umat Islam berpuasa pada 'Asyura'?

Imam al-Nawawi ra. mengatakan:
"Ini akan menghapus segala dosa-dosa", yang dimaksud adalah, puasa tersebut membawa pengampunan dosa, kecuali dosa besar."

Kemudian Imam al-Nawawi ra. berkata:
http://taufiqmunir.blogspot.co.id/2015/10/keutamaan-bulan-muharram.html"Puasa hari Arafaah akan menghapus dosa selama dua tahun, dan hari' Asyura menghapuskan dosa-dosa selama satu tahun.
Ketika seseorang mengatakan 'Aamiin' bertepatan dengan 'Aamiin' malaikat, ia akan diampuni segala dosanya sebelumnya ...
Setiap salah satu hal yang telah kami sebutkan akan membawa penebusan.
(al-Majmu 'Syarh al-Muhadhdhab, bagian 6, Shaum Yaum 'Arafaah).

Doa:
Kita memohon kepada Allah semoga kita menjadi pengikut Sunnah Nabi-Nya, agar kita hidup dalam Islam dan mati dalam keadaan iman. Semoga Allah membantu kita untuk melakukan apa yang Dia kasihi dan Dia ridhoi. Kita memohon kepada-Nya agar Dia membantu kita untuk mengingat-Nya dan bersyukur kepada-Nya, untuk menyembah-Nyaa dengan benar dan untuk menerima perbuatan baik kita. Semoga Dia menjadikan kita termasuk orang-orang yang saleh dan takut kepada-Nya. 
Semoga Allah memberikan berkah dan keselamatan kepada Nabi Muhammad dan semua keluarga dan sahabat-sahabatnya.

INILAH BULAN MUHARAM YANG DIAGUNGKAN

http://taufiqmunir.blogspot.co.id/2015/10/inilah-bulan-muharam-yang-diagungkan.html
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Islam yang sesuai dengan kalender lunar. Muharram berasal dari bahasa Arab yang berarti 'yang suci' atau 'yang terlarang', karena itu adalah salah satu dari empat bulan suci dalam kalender Islam dengan Rajab, Dzulhijjah dan dzulkaidah. Karakter ilegal menyangkut perang agama yang dilarang selama bulan itu.

Manakala bulan Muharram adalah suci, Rasulullah saw. diperintahkan oleh Allah swt untuk berpuasa selama beberapa hari, termasuk hari ke-10 yang biasa disebut dengan hari Asyura. Dalam Asyura itu juga dianjurkan untuk berpuasa pada hari ke-9 Muharram. Tapi mengenai hal ini, ada perbedaan pendapat Ulama tentang puasa sehari sebelum atau sehari setelah Asyura.

Tanggal 1 Muharram
Hari pertama bulan Muharram adalah hari libur nasional di sebagian besar negara-negara Muslim. Seperti tanggal awal Ramadhan, awal bulan ini menggeser rata-rata 11 hari setiaptahunnya. Tanggal hari pertama Muharram 2015/1436 dijadwalkan 14 Oktober 2015 insya Allah.

Selamat Tahun Baru Hijriyah, semoga kita senantiasa diberikan panjang umur, perlindungan dan keberkahan oleh Allah swt. Amin.. ya Rabbal 'alamin.